Paus Fransiskus Bicara Kerusuhan di Capitol: Rakyat AS Harus Lindungi Demokrasi

11 Januari 2021 4:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus memimpin Jumat Agung di Basilika Santo Petrus, Vatikan tanpa jamaah untuk menekan penyebaran virus corona. Foto: Andrew Medichini Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus memimpin Jumat Agung di Basilika Santo Petrus, Vatikan tanpa jamaah untuk menekan penyebaran virus corona. Foto: Andrew Medichini Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus menanggapi kerusuhan yang terjadi di Gedung Kongres atau Capitol Building, Amerika Serikat, pada Rabu (6/1).
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus mendesak warga Amerika Serikat menghindari kekerasan dan meminta untuk selalu melindungi nilai-nilai demokrasi.
“Saya ulangi bahwa kekerasan selalu merusak diri sendiri. Tidak ada yang diperoleh dengan kekerasan dan begitu banyak yang hilang,” kata Paus Fransiskus dikutip dari Reuters, Senin (11/1).
Hingga saat ini, tercatat lima orang tewas dalam kerusuhan itu. Di mana seorang di antaranya merupakan polisi.
"Saya mengimbau kepada otoritas negara dan seluruh penduduk untuk menjaga rasa tanggung jawab yang tinggi demi menenangkan keadaan, mempromosikan rekonsiliasi nasional dan melindungi nilai-nilai demokrasi yang berakar di masyarakat Amerika," ucap Paus.
Pendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul di depan Gedung Capitol AS di Washington. Foto: REUTERS / Stephanie Keith
Tidak lupa, Paus Fransiskus memberikan salam kasih sayang kepada seluruh masyarakat Amerika Serikat atas insiden di Capitol. Paus Fransiskus juga mendoakan lima orang yang tewas dalam peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
"Tetap mempertahankan budaya pertemuan, budaya peduli, sebagai cara utama untuk membangun kebaikan bersama," tutur Paus Fransiskus.
Sebelumnya, kericuhan di Capitol terjadi akibat massa pendukung Trump mendatangi kompleks Gedung kongres. Tak hanya datang, massa turut merangsek masuk untuk menyuarakan protes mereka terkait kekalahan Trump pada pemilu lalu.
Protes dilakukan saat anggota parlemen AS tengah membahas pengesahan Joe Biden menjadi Presiden.