Paus Fransiskus Kecam Penjajahan Ideologis terhadap Penduduk Asli Kanada

28 Juli 2022 11:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus menerima hiasan kepala dari penduduk asli selama kunjungannya ke Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022.
 Foto: REUTERS/Todd Korol
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus menerima hiasan kepala dari penduduk asli selama kunjungannya ke Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Todd Korol
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus mengecam 'penjajahan ideologis' yang berlangsung di sekolah-sekolah asrama bagi penduduk asli yang dikelola Gereja Katolik di Kanada pada Rabu (27/7/2022).
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus memberikan pidato di hadapan para pejabat tinggi di Kanada. Pemerintah Kanada mengundang pemimpin umat Katolik itu untuk menindaklanjuti upaya rekonsiliasi.
Paus berusia 85 tahun itu lantas kembali mengulangi permintaan maafnya. Dia mengakui peran Gereja Katolik dalam genosida budaya yang menimpa para penduduk asli di Kanada.
Paus Fransiskus mengungkapkan rasa malu dan kesedihan yang mendalam. Dia kemudian mengutuk 'mentalitas penjajahan' yang menjadi warisan dari masa lalu.
Paus Fransiskus menghadiri doa hening di pemakaman selama pertemuannya dengan komunitas adat First Nations, Metis dan Inuit di Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Memuji multikulturalisme, dia bersumpah akan mempromosikan hak-hak penduduk asli. Paus Fransiskus menekankan komitmennya untuk memajukan pemulihan dalam komunitas mereka.
"Saya memperbarui permintaan saya untuk pengampunan atas kesalahan yang dilakukan oleh begitu banyak orang Kristen kepada penduduk asli," tutur Paus Fransiskus, dikutip dari AFP, Kamis (28/7/2022).
ADVERTISEMENT
"Hari ini juga, ada sejumlah bentuk penjajahan ideologis yang berbenturan dengan realitas kehidupan, melumpuhkan keterikatan alami masyarakat terhadap nilai-nilai mereka, dan berusaha mencabut tradisi, sejarah, dan ikatan agama mereka akarnya," tambah dia.
Lokasi penemuan jasad 215 anak di sekolah pribumi kanada. Foto: Jennifer Gauthier/Reuters
Pemerintah Kanada mendaftarkan sekitar 150.000 anak-anak komunitas penduduk asli ke 139 sekolah asrama. Kebijakan asimilasi paksa itu terjadi dari akhir 1800-an hingga 1990-an.
Otoritas mengisolasi anak-anak itu dari keluarga, bahasa, hingga budaya mereka. Sebagian dari murid tersebut bahkan mengalami kekerasan fisik dan seksual. Ribuan di antaranya tewas akibat penyakit, kekurangan gizi, dan penelantaran.
Permintaan maaf atas tragedi itu telah disambut oleh penduduk asli di Kanada. Namun, sebagian mengingatkan akan proses rekonsiliasi yang panjang. Gubernur Jenderal Kanada, Mary Simon, menyampaikan kembali poin itu kepada Paus Fransiskus.
ADVERTISEMENT
"[Kunjungan Paus] adalah langkah penting menuju dialog dan tindakan lebih lanjut yang akan mengarah pada rekonsiliasi nyata," ujar Simon.