PDIP DKI: Butuh Teknologi Early Warning System untuk Tangani Banjir di Jakarta

21 Oktober 2021 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP Hardiyanto Kenneth.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP Hardiyanto Kenneth. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI Jakarta terus berupaya menanggulangi banjir yang menjadi salah satu masalah utama dan belum sepenuhnya selesai. Sejumlah program seperti Gerebek Lumpur hingga memaksimalkan waduk terus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Namun, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth, menilai, langkah itu belum cukup untuk menangani banjir. Butuh sentuhan teknologi agar penanganan banjir lebih maksimal.
”Maka saya mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk mulai melakukan langkah taktis itu. Early warning system adalah jawaban. Penanggulangan banjir tidak bertumpu pada pengerukan lumpur sungai saja, yang nyatanya juga tidak maksimal. Ini kembali pada komitmen, mau atau tidak," kata Kent dalam keterangannya, Kamis (21/10).
Saat ini, Pemprov DKI juga tengah menyelesaikan pembangunan sumur resapan untuk menampung air yang berasal dari hujan lokal. Dengan begitu, diharapkan air yang limpas dari drainase yang sudah tak terbendung dalam ditampung di sumur resapan.
Kent menilai, hal ini perlu ditambah dengan penerapan teknologi early warning system. Pemakaian ombrometer atau alat ukur curah hujan juga dinilai belum maksimal.
ADVERTISEMENT
”Sekali lagi, terapan teknologi harus diciptakan. Jangan juga hanya mengandalkan sumur resapan saja, sumur resapan itu cocok kalau digunakan untuk menggantikan fungsi wilayah yang tangkapan airnya semakin berkurang. Namun, tidak bisa mengatasi permasalahan luapan air sungai," bebernya.
Dinas SDA DKI Jakarta turunkan alat berat dan dump truck dalam kegiatan gerebek lumpur di Kali Sunter, Jakarta Utara, Minggu (3/10). Foto: PPID DKI Jakarta
Jakarta memang dihadapkan pada 3 potensi penyebab banjir. Mulai air kiriman dari Bogor, hujan lokal di Jakarta, hingga rob di pesisir pantai. Kent khawatir, bila ketiga faktor ini datang bersamaan, banjir seperti 2020 akan terulang lagi.
"Intinya kalau kita siap secara teknologi, kita akan mampu menghitung berapa curah hujan yang akan turun perharinya dan bisa disandingkan dengan kesiapan volume drainase kita. Kita mau menanggulangi banjir ini tidak cukup hanya dalam konsep pembangunan infrastruktur saja, data itu penting jadi saat kita berbicara tidak terkesan asbun (asal bunyi)," jelas politikus PDIP itu.
ADVERTISEMENT
Kent meminta Pemprov DKI Jakarta segera membangun sistem peringatan dini berbasis teknologi untuk penanggulangan banjir. Sehingga tak perlu lagi bertumpu pada ombrometer yang dinilai tidak cocok dengan kondisi di Jakarta.
"Pola menghitung curah hujan dengan ombrometer ini masih menggunakan gelas plastik, masa zaman sekarang ngukur curah hujan masih pake gelas plastik,” beber Kent.
”Ketika sudah ada penerapan teknologi maka harus mengkolaborasikan dengan unsur kecamatan, kelurahan sampai RT harus pula dijalankan. Beri insentif yang cukup untuk mereka yang bertugas. Ini Namanya kolaborasi," tambah dia.
Dia yakin dengan anggaran besar dan pengelolaan yang baik, Pemprov DKI bisa membangun sistem peringatan dini lebih canggih. Dengan begitu, dalam melengkapi upaya pembangunan infrastruktur yang sekarang masih berlangsung.
ADVERTISEMENT
"Ingat sebentar lagi kita akan memasuki akhir tahun dan biasanya akan terjadi curah hujan yang tinggi di bulan Desember, Januari dan Februari. Antisipasi konkret harus segera berjalan, jangan sekadar narasi dibesar-besarkan,” pungkas Kent.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan Pimpin Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan di Monumen Nasional (Monas). Foto: Dok: Pemprov DKI Jakarta
Kent memang tidak menyebutkan model sistem peringatan dini apa yang cocok untuk diciptakan dan dikembangkan di Jakarta.
Pemprov DKI memang sempat menganggarkan pembelian toa untuk pengingat warga di lokasi rawan banjir. Tapi, itu kemudian disetop pengadaannya karena kurang efektif.
Kini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memerintahkan semua jajaran untuk lebih dekat dengan warga. Membuat grup WA yang dapat menyebarkan informasi akan datangnya air kiriman atau kemungkinan rob di pesisir.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria meninjau pengerjaan drainase vertikal atau sumur resapan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Foto: Instagram/@arizapatria
Biasanya, bila Bendungan Katulampa siaga 1, air kiriman akan tiba di Pintu Air Manggarai sekitar 9 jam kemudian. Rentan waktu ini bisa dimanfaatkan warga di lokasi rawan banjir untuk menyiapkan diri.
ADVERTISEMENT
Anies juga sudah memimpin apel besar siaga banjir di Monas. Semua unsur baik BPBD DKI, Dinsos DKI, Satpol PP DKI, Polda Metro Jaya, dan Kodam Jaya sudah siap digerakkan bila dibutuhkan dalam penanganan banjir.
===
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews