PDIP Dukung UGM Perjuangkan NU dan Muhammadiyah untuk Nobel Perdamaian

30 Januari 2019 20:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto di rumah Situbondo. (Foto: Reki Febrian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto di rumah Situbondo. (Foto: Reki Febrian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memberi dukungan atas upaya UGM yang memperjuangkan NU dan Muhammadiyah untuk menerima Nobel Perdamaian.
ADVERTISEMENT
Hasto mengatakan, dasar seluruh filsafat menjadikan kemerdekaan Indonesia untuk mewujudkan persaudaraan dunia, tidak terlepas dari keteladanan dan kepeloporan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan NU.
"Kedua organisasi ini menjadi pelopor dalam membangun sintesa yang sempurna antara Islam dan Pancasila," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya yang diterima kumparan, Rabu (30/1)
Hasto melanjutkan, Muhammadiyah, dengan semangat Islam berkemajuan untuk kemaslahatan umat, berdakwah melalui bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan gerak ekonomi kerakyatan, menjadi contoh kemajuan peradaban Indonesia.
Harlah Ke-73 Muslimat NU, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019).  (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Harlah Ke-73 Muslimat NU, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Menurut Hasto, semangat Muhammadiyah juga sama dengan NU yakni semangat hubbul wathan minal iman dengan tradisi Islam yang menyatu dengan tradisi kebudayaan masyarakat Indonesia, pendidikan pesantren yang unik dan khas nusantara.
ADVERTISEMENT
"Pancasila sebagai dasar, jiwa dan kepribadian bangsa sangat diakui," tutur Hasto yang juga Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf Amin itu.
Hasto menegaskan PDI Perjuangan percaya, dengan tradisi keIslaman yang membangun watak dan jati diri bangsa gotong royong, maka pemberian Nobel Perdamaian tersebut sangat relevan untuk NU dan Muhammadiyah.
"Mengingat peran Muhammadiyah dan NU dalam mewujudkan Islam yang toleran (tasamuh), damai (salam) dan menjadi inspirasi bagi dunia," tutup Hasto.
Sebelumnya, dukungan UGM itu disampaikan langsung Rektor UGM Panut Mulyono saat seminar internasional “Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia” yang berlangsung Jumat (25/1) di Balai Senat UGM.
PP Muhammadiyah: Banser Harus Minta Maaf Kepada Umat Islam. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PP Muhammadiyah: Banser Harus Minta Maaf Kepada Umat Islam. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
Panut Mulyono mengatakan, peran positif NU dan Muhammadiyah terlihat dalam upaya membangun perdamaian melalui kiprahnya dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, filantropi, kebencanaan, sosial kemasyarakatan, serta demokrasi.
ADVERTISEMENT
“NU dan Muhammadiyah turut berkiprah dalam perdamaian di Indonesia dan di kancah internasional. Kiprah tersebut telah dirasakan masyarakat dunia,” paparnya.
Panut menyebutkan UGM selalu berkomitmen untuk turut serta mengembangkan dan merawat nilai perdamaian dan demokrasi di Indonesia dan dunia. Oleh sebab itu, UGM mendukung NU dan Muhammadiyah menjadi penerima nobel perdamaian.
“UGM secara resmi akan menominasikan NU dan Muhammadiyah. Keduanya berkontribusi dalam proses pembanguan perdamaian di Indonesia dan dunia,” tegas Panut.
Rektor UGM Panut Mulyono (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UGM Panut Mulyono (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)