Pelajar di Pulau Buru Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Deras demi Sekolah

10 Agustus 2022 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelajar di Kabupaten Buru, Maluku, harus lewati sungai deras untuk ke sekolah. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar di Kabupaten Buru, Maluku, harus lewati sungai deras untuk ke sekolah. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Para pelajar sekolah di Kecamatan Batabual, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, harus bertaruh nyawa menyeberangi aliran sungai yang deras demi bisa mencapai sekolah.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang memprihatinkan ini diunggah akun Facebook Muhammad O. Galela, salah seorang warga setempat yang dikonfirmasi pada Rabu (10/8).
Dalam postingan video pendek berdurasi 45 dan 15 detik terlihat puluhan anak-anak sekolah berseragam SMA menceburkan diri ke dalam aliran sungai yang mengalir deras sepulang sekolah.
Muhammad O. Galela, warga Dusun Waelawa saat dikonfirmasi via seluler Rabu (10/8) mengatakan, postingannya tersebut menunjukkan potret anak-anak SMA Negeri 11 Buru dari Desa Waemorat, Kecamatan Batabual, yang bertaruh nyawa saat seberangi sungai sepulang sekolah pada Selasa (9/8) kemarin. Sekolah itu terletak di Dusun Waelawa, Desa Persiapan Waelawa.
Pelajar di Kabupaten Buru, Maluku, harus lewati sungai deras untuk ke sekolah. Foto: Dok. Istimewa
Begitu juga untuk anak-anak Dusun Waelawa yang mengenyam pendidikan di SMP Negeri 25 Waemorat, mereka harus menyeberangi sungai yang deras itu agar bisa sampai sekolah.
ADVERTISEMENT
Meski berbahaya, mereka mau tak mau terpaksa melakukan kegiatan berbahaya itu setiap hari.
"Iya (terpaksa harus seberangi sungai). Sekolah (SMA) berada di Dusun Waelawa, sementara anak-anak sekolah dari Waemorat harus terobos aliran sungai agar bisa mencapai sekolah," kata Galela.
Diakuinya, kondisi ini sangat membahayakan keselamatan anak-anak. Apalagi saat hujan lebat dan aliran sungai menjadi lebih deras. Sama sekali tak bisa diseberangi karena lebih berbahaya.
"Kalau terlalu kuat, mereka tidak bisa lewat, nyawa taruhan," sambungnya.
Kondisi seperti ini lanjut Galela, telah berlangsung selama 20 tahun. "Katong (kita) punya kecamatan (Batabual) ini sudah 20 tahun, sampai sekarang belum ada jembatan," kesalnya.
Cara ini terpaksa dilakoni anak-anak sekolah setempat lantaran jika menempuh jalur darat, mereka harus menempuh jarak 3 kilometer. Atas persoalan ini, warga berharap pemerintah secepatnya memberikan perhatian.
ADVERTISEMENT
"Kita berharap semoga pemerintah provinsi, pemerintah daerah karena ini jalan provinsi, kita berharap pemerintah provinsi usulkan anggaran untuk pembuatan jembatan sesuai janji Gubernur kemarin. 77 tahun Indonesia merdeka, 20 tahun Kecamatan Batabual, jembatan belum jadi-jadi," tandasnya.