Pelatih Pramuka di Tuban Unggah Video Cabulnya ke Grup di Medsos Berisi 350 Akun

21 Februari 2020 17:48 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyidik Bareskrim tunjukkan tersangka beserta barang bukti kasus pelatih pramuka cabul di Tuban, Jumat (21/2). Foto: Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penyidik Bareskrim tunjukkan tersangka beserta barang bukti kasus pelatih pramuka cabul di Tuban, Jumat (21/2). Foto: Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Bareskrim Polri membekuk seorang pelatih pramuka yang mencabuli dan menyodomi tujuh siswa di salah satu sekolah di Tuban, Jawa Timur, beinisial PS (44).
ADVERTISEMENT
Karo Penmas Polri Brigjen Pol Argo Yuwono mengatakan berdasarkan pengakuan PS, dia mendapat kepuasan tersendiri setelah mengunggah video cabulnya ke media sosial Twitter.
"Ada kepuasan kalau pelaku bisa masukkan video di grup. Video di upload ke komunitas penyimpangan seksual, ada 350 anggota," Argo saat konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/2).
Argo mengatakan, PS juga tergabung dalam sebuah komunitas pedofil penyuka sesama jenis di Twitter. Total ada sekitar 350 akun yang tergabung dalam komunitas tersebut.
Sementara PS memiliki dua akun bernama @PelXXX dan @KonXXX. Dua akun telah disupend dan ditangkap oleh sistem aplikasi yang dikelola oleh The National Center for Missing dan Exploited Children (NCMEC) Cybertipline.
Penyidik Bareskrim tunjukkan tersangka beserta barang bukti kasus pelatih pramuka cabul di Tuban, Jumat (21/2). Foto: Ricky Febrian/kumparan
NCMEC merupakan sebuah LSM yang berkedudukan di Amerika Serikat. Mereka kemudian dan bekerja sama dengan Polri untuk mengungkap kasus ini.
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, NCMEC bisa menemukan 100 hingga 200 konten porno yang menyimpang. Namun tidak semua bisa akun itu ditindak polisi karena kebanyakan anggota komunitas menggunakan akun anonim.
"Dari NCMEC saja setiap hari, ada 100 konten pornografi anak. Sebulan bisa 3.000. Dari konten menetapkan jadi tersangka itu kami kesulitan. Karena sebagian besar akun itu anonim," kata Kasubdit I Dirtipidsiber Bareskrim Polri Kombes Pol Reinhard Hutagaol.
Komunitas yang tak disebut namanya itu kemudian langsung dilacak Dirtipidsiber Bareskrim Polri yang akhirnya menangkap PS pada Rabu (12/2).