Pembangunan Patung Sukarno Naik 120% dalam 5 Tahun Terakhir, Ini Datanya

5 Oktober 2021 10:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
Monumen patung Presiden Pertama Indonesia Soekarno melambaikan tangan sambil memegang tongkat komando berdiri tegak di Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Kamis (19/8/2021). Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Monumen patung Presiden Pertama Indonesia Soekarno melambaikan tangan sambil memegang tongkat komando berdiri tegak di Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Kamis (19/8/2021). Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pembangunan patung Presiden Pertama RI Sukarno tengah menuai sorotan publik. Itu karena, ada banyak lembaga yang ramai-ramai membangun patung proklamator tersebut di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertahanan, misalnya, membangun patung Bung Karno tengah berkuda setinggi 6,5 meter pada Juni lalu. Sementara, PT KAI, membangun patung Bung Karno setinggi 17 meter di Polder Stasiun Semarang Tawang pada September kemarin.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun menyambut baik pembangunan patung-patung tersebut. Ia bahkan menilai masyarakat dapat mengingat kembali nama ayahnya itu melalui keberadaan patungnya.
"Saya waktu itu sampai terharu sekali karena saya tidak menyangka, karena saya dulu berpikir Bung Karno pada masa Orde Baru praktis sepertinya sejarah itu dibelokkan dan hal-hal yang ada hubungannya dengan beliau itu tidak diceritakan secara benar," kata Megawati saat meresmikan patung Bung Karno di Polder Stasiun Semarang Tawang, Rabu (29/9).
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pada era Orde Baru, Presiden Soeharto memang menerapkan kebijakan de-sukarnoisasi. Yakni, kebijakan yang menyingkirkan pengaruh-pengaruh Sukarno dalam masyarakat. Kala itu, Sukarno dinilai dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
ADVERTISEMENT
Efeknya, stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, misalnya, sempat diubah menjadi Stadion Utama Senayan pada tahun 1984. Meski kemudian nama stadion itu berubah lagi menjadi Stadion Gelora Bung Karno pada tahun 2001.
Saat ini, rezim telah berganti. PDIP menjadi partai penguasa sejak 2014 lalu. Pembangunan patung Sukarno pun tengah dilakukan di sana-sini.
Berdasarkan catatan kumparan, pembangunan patung Bung Karno pada tahun ini saja sudah mencapai tujuh patung. Jumlahnya pun terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ridwan Kamil mengamati patung Sukarno di Blitar Foto: Irfan Anshori/ANTARA
Data tersebut diperoleh dengan menelusuri jejak Patung Sukarno melalui Google Maps. Peta tersebut akan menunjukkan titik-titik di mana Patung Sukarno berada. Selain itu, data juga dikumpulkan melalu fitur pencarian Google Images.
Hasilnya, kumparan menemukan bahwa ada 33 patung Sukarno sejak tahun 1980. Peresmian patung terbanyak terjadi pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
Jumlah tersebut pun sangat timpang apabila dibandingkan dengan keberadaan patung Mohammad Hatta. Patung wakil Presiden ke-1 RI itu hanya mencapai 12 patung. Sebanyak delapan di antaranya bahkan dibangun berdampingan dengan patung Bung Karno.
Berdasarkan penelusuran kumparan, patung Bung Karno dan Bung Hatta muncul di ruang publik pada tahun 1980. Patung itu berada di Taman Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
Pembangunan patung Bung Hatta dalam pose sendiri pun tak banyak dilakukan. Jejak pembangunan patung Bung Hatta terhenti pada tahun 2017. Itu pun dibangun di Rumah Budaya Fadli Zon di Sumatera Barat.
Dalam 5 tahun terakhir (2017-2021), pembangunan patung Sukarno naik 120 persen. Sementara itu, pembangunan patung Hatta naik 9,09 persen.
ADVERTISEMENT
Sebaran patung Bung Karno dan Bung Hatta dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Bung Karno

Bung Hatta

Berdasarkan tabel di atas, patung Sukarno terbanyak ada di Jawa Tengah, yaitu 10 patung. Sementara itu, patung Hatta terbanyak ada di Sumatera Barat dan Jawa Tengah, yaitu masing-masing 3 patung.
Kader Senior PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno mengungkapkan bahwa keberadaan patung tidak seperti memahami mode atau fesyen. Menurutnya keberadaan patung harus melihat pada makna simbolik yang terpancar.
“Keberadaan patung tidak boleh dipahami seperti kita memahami mode atau fesyen, tetapi makna simbolik yang dipancarkan. Dalam alam demokrasi, ketika akses terhadap informasi tidak terdistorsi, ketika memori kolektif masyarakat mengalami proses penjernihan, patung mengekspresikan literasi historis masyarakat," ungkap Hendrawan pada wartawan, Kamis (30/9),
ADVERTISEMENT
Hendrawan juga menambahkan bahwa jumlah patung bukan sebuah parameter. Parameter berasal dari psikososial dan historiografi bangsa. Dalam definisi tersebut, patung menurutnya dapat mengekspresikan literasi historis masyarakat.