Proses produksi vaksin corona di Bio Farma

Pembuatan Vaksin Corona Dinilai Harus Transparan, Sangat Dinanti Masyarakat

4 September 2020 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Botol kecil yang nantinya bakal digunakan untuk wadah vaksin corona. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Botol kecil yang nantinya bakal digunakan untuk wadah vaksin corona. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Vaksin menjadi kunci untuk mengakhiri pandemi virus corona yang sangat dinantikan masyarakat. Indonesia tengah mengembangkan vaksin corona Merah Putih yang menjadi salah satu calon penawar virus corona.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PKS Netty Prasetyani meminta proses pengembangan vaksin di Indonesia dilakukan secara terbuka. Khususnya mutasi virus hingga efektivitas penggunaan vaksin.
"Jika bicara mengenai obat atau vaksin COVID-19, maka yang perlu diperhatikan adalah prinsip jujur dan terbuka. Apakah itu mengenai efektivitasnya, mutasi virusnya atau yang lainnya. Ini harus jujur dan terbuka disampaikan, karena sangat ditunggu-tunggu masyarakat," kata Netty dalam keterangan tertulisnya, Jumat (4/9).
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PKS, Netty Prasetyani. Foto: Dok. Pribadi
Menurut Netty, meski Bio Farma telah menargetkan waktu uji klinis fase tiga, permasalahan vaksin tak akan selesai begitu saja. Pemerintah harus memperhatikan proses distribusi hingga pihak yang menjadi prioritas untuk mendapatkan vaksin.
"Apakah vaksin ini efektif untuk melawan virus, bagaimana aksesibilitas dan keterjangkauan bagi semua pihak? Perlu juga diperhatikan proses distribusinya di lapangan apakah bisa memenuhi kebutuhan 267 juta rakyat Indonesia," ucap Wakil Ketua Fraksi PKS DPR itu.
ADVERTISEMENT
"Lalu siapa yang lebih dahulu harus diberikan? Apakah orang yang potensial menyebarkan virus, pemangku kekuasaan atau siapa? Ini harus dipikirkan," sambungnya.
Istri mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan itu meminta pemerintah harus tetap mengutamakan vaksin buatan Indonesia daripada vaksin asal China. Menurutnya, pandemi corona menjadi pengingat kemandirian industri kesehatan dalam negeri.
"Jangan sampai hadirnya vaksin asal China membuat pengembangan vaksin Merah Putih terhenti. Pandemi ini adalah ujian nasionalisme bagi kita semua. Pertanyaannya sekarang sampai kapan kita terus bergantung pada negara lain dalam hal pengadaan obat, alkes dan vaksin," tuturnya.
Selain itu, ia menuturkan proses pengembangan obat atau vaksin corona harus tetap mematuhi prosedur yang ada.
"Obat apa pun yang dikembangkan harus mengikuti prosedur yang berlaku. BPOM harus mengikuti aturan main agar tidak ada subjektivitas, konflik kepentingan, permainan proyek apalagi bekerja di bawah tekanan karena ada intervensi dari pihak lain," tandas Netty.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten