Pemda DIY Sambut Baik Alat GeNose UGM yang Bisa Deteksi Corona 3 Menit

25 September 2020 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Biwara Yuswantana. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Biwara Yuswantana. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana mengkomersilkan alat GeNose atau Teknologi Pengendus COVID-19 pada Desember 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Alat yang mendeteksi corona melalui napas ini hanya butuh 3 menit untuk mengetahui hasil deteksi. Akurasinya juga diklaim mencapai 96 persen.
Terkait temuan ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut baik.
"Sambut baik, iya. Setiap inovasi dan kemajuan dalam rangka penanggulangan COVID ya kita merespons dengan baik," kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Biwara Yuswantana di Kompleks Kepatihan Pemda DIY Jumat (25/9).
Terkait apakah Pemda Yogya akan menggunakan alat tersebut sebagai alternatif pengganti swab PCR, Biwara mengaku tetap menunggu rekomendasi dari pusat.
"Ya tentu kalau kita nanti berdasarkan pada satu, lembaga yang kompeten. Ini kan kita kan bagaimana lembaga yang kompeten menilai itu. Sudah layak pakai atau belum atau seperti apa," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah itu nanti kebijakan dari pusat seperti apa. Nanti kemudian baru tingkat daerah kita mengikuti kalau sudah ada kebijakan. Kan di pusat juga baru presentasi to," katanya.
Sebelumnya, dalam presentasi di Kemristek, alat tersebut diklaim memiliki harga yang lebih terjangkau dari pada alat tes lain.
"Tentang harganya alat ini sangat murah prediksi kami, untuk membuat 1 unit itu sekitar Rp 40 juta, bisa dipakai untuk 100 ribu tes," kata Wakil Rektor UGM Paripurna Poerwoko Sugarda saat memamerkan alat ini di Kemenristek BRIN, Kamis (24/9).
Namun, Paripurna mengaku untuk alat penampung napas pihaknya masih beli. Alat itu sebenarnya terjangkau karena terbuat dari plastik yaitu Rp 500 satuannya.
"Tapi kami sudah diskusi dengan industri, dan industri bisa membuat dengan harga Rp 500 per plastik itu. Kami juga masih mencari alternatif kemungkinan bagaimana kalau itu tidak dari plastik tapi dari karet atau kertas sehingga tidak menambah pencemaran lingkungan," katanya.
ADVERTISEMENT