Pemerintah Siapkan Gelang Canggih, Pantau Jantung dan Oksigen Jemaah Haji 2022

17 Mei 2022 18:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam Bimtek Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 2022 M di Asrama Haji, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Foto: Kemenag
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam Bimtek Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 2022 M di Asrama Haji, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Foto: Kemenag
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemenkes mengumumkan tingginya kematian jemaah haji Indonesia mencapai 2 orang per mil dalam 10 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Data itu lebih buruk dari India yang angka kematiannya 1 orang per mil dan Malaysia 0,3 orang per mil.
Menyikapi hal itu, salah satu upaya yang dilakukan Kemenkes dan Kemenag adalah memodifikasi gelang yang dipakai sebagai penanda jemaah haji, dengan inovasi teknologi kesehatan.
"Menkes sampaikan akan membuat inovasi memberi gelang yang bisa mengukur detak jantung dan oksigen jemaah," kata Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam Bimtek Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 2022 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (17/5).
Gus Yaqut menyebut, gelang jemaah haji itu terkoneksi sehingga bisa dipantau petugas haji. Dengan begitu, bisa mencegah kematian karena bisa ditangani lebih cepat.
"Sehingga jika ada jemaah haji yang riskan kesehatannya bisa terdeteksi dan tertangani. Ini luar biasa inovasi Kemenkes," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Kurang lebih 600 jemaah meninggal karena jantung dan pneumonia. Ini pekerjaan tidak mudah," imbuh Gus Yaqut.
Terminal Haji di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, pada musim haji. Foto: Kaia.sa
Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Budi Sylvana, mengungkap tingginya kematian jemaah Indonesia mencapai 2 orang per mil dalam 10 tahun terakhir.
Budi mengurai penyebab kematian paling banyak adalah kardiovaskuler terkait jantung atau pembuluh darah, penyakit pernafasan (respiratori disease), dan kelelahan.
"Faktor lain kelelahan menjadi salah satu penyebab, sehingga kita harus bisa identifikasi jemaah yang memiliki komorbid dan risiko tinggi agar sesuaikan ibadah dengan kemampuan fisik mereka. Dengan begitu kondisi kesehatan mereka terjaga sampai pulang ke tanah air," ujar Budi.