Pemerintah Teliti Mutasi Corona D614G yang Disebut 10 Kali Lebih Menular

1 September 2020 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jumat (24/7). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jumat (24/7). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Jubir pemerintah soal penanganan corona Prof Wiku Adisasmito menyebut telah mendapatkan informasi terkait mutasi virus corona ke D614G. Mutasi ini sebelumnya disebut membuat corona 10 kali lebih menular.
ADVERTISEMENT
"Ya Satgas memonitor kondisi ini adanya laporan ditemukannya virus yang bermutasi yang ada di Indonesia. Dan kami melihat dengan deteksi RNA SARS=Cov-2 ini biasanya lebih tinggi melalui usap mulut dan hidung," kata Wiku dalam jumpa pers virtual di Istana Kepresidenan, Selasa (1/9)
Kata Wiku, sebenarnya itu belum tentu merupakan cerminan dari potensi penularan lebih cepat. Namun yang jelas memang menginfeksi.
"Dan penelitian lebih lanjut harus terus dilakukan dengan melakukan deteksi terhadap virus-virus yang beredar di Indonesia dan lihat jenis virus tersebut," tutur dia.
Penelitian dilakukan oleh berbagai lembaga dan universitas yang komando risetnya dipegang Lembaga Molekuler Eijkman. Sejauh ini sudah ada 8 wilayah yang ditemukan mutasi corona ini, di antaranya Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
"Bahwa sampai saat ini kami juga lihat perkembangan di dunia dengan memeriksa data klinis dan berada dari literatur terkini. Salah satunya dari Inggris di mana dilaporkan ada 999 kasus Covid dan di sini dilihat pasien terinfeksi virus yang mengandung D614G," jelasnya.
"Memiliki tingkat RNA virus yang lebih tinggi tapi mereka tak memiliki perbedaan dalam hasil rawat inap dan pengamatan klinis," tambah Wiku.
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Data ini didukung dua studi independen dari 175 pasien Covid di Seattle dan 88 pasien di Chicago, Amerika Serikat.
"Sedangkan tingkat keparahan dengan konsentrasi virus yang lebih tinggi tidak selalu berkorelasi," tutur dia.
Kata Wiku, sejauh ini yang lebih penting adalah mewaspadai penularan ke orang lanjut usia dan juga berpenyakit penyerta.
ADVERTISEMENT
"Dari virus tersebut dan bukti saat ini menunjukkan bahwa D614G belum terlalu penting disandingkan faktor risiko lainnya seperti usia dan penyakit penyerta," ujar Wiku.
"Namun perlu kami pastikan proses penelitian tentang sebaran kasus ini tentunya dilakukan lembaga penelitian bekerja sama dengan Kemenkes," tutupnya.