news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemicu Kecelakaan Ethiopian Airlines Diduga Sama Dengan Lion Air

29 Maret 2019 17:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puing-puing sisa kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines ET 302 (10/3), di dekat kota Bishoftu, tenggara Addis Ababa, Ethiopia. Foto: REUTERS/Tiksa Negeri
zoom-in-whitePerbesar
Puing-puing sisa kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines ET 302 (10/3), di dekat kota Bishoftu, tenggara Addis Ababa, Ethiopia. Foto: REUTERS/Tiksa Negeri
ADVERTISEMENT
Penyelidikan penyebab kecelakaan Ethiopian Airlines menghasilkan kesimpulan awal berdasarkan pemeriksaan kotak hitam. Diduga, pemicu kecelakaan Ethiopian Airlines sama dengan insiden Lion Air tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Jumat (29/3), media Wall Street Journal yang mengutip sumber penyidik Badan Aviasi Federal Amerika Serikat (FAA) menyebut kecelakaan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 disebabkan oleh sistem anti-stall atau Manoeuvring Characteristics Augmentation System (MCAS) dalam Boeing 737 MAX 8.
Dari kotak hitam diketahui MCAS dinyalakan sebelum pesawat itu jatuh pada 10 Maret lalu, sesaat setelah lepas landas dari bandara Adis Ababa. Laporan penyelidikan awal ini secara resmi baru akan diumumkan pekan depan.
Penyelidikan kecelakaan Lion Air JT 610 tahun lalu juga menduga MCAS ini sebagai penyebabnya.
Ilustrasi Ethiopian Airlines. Foto: Shutter Stock
MCAS adalah piranti lunak untuk mencegah 737 MAX 8 dari stall atau kehilangan daya angkat. Piranti ini bekerja ketika sensor menangkap hidung pesawat terlalu naik, sehingga secara otomatis menurunkannya.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus Lion Air, diduga sistem ini malfungsi dan memaksa hidung pesawat turun sebanyak 20 kali sementara pilot berusaha keras mengatasi kerusakan tersebut. Lion Air JT 610 akhirnya jatuh ke laut dan menewaskan 189 penumpang dan kru di dalamnya.
Berbagai pernyataan penerbang menyebut Boeing belum memberitahukan atau memberi pelatihan terkait MCAS ini. Mengutip BBC, Boeing kini telah melakukan desain ulang piranti lunak untuk mematikan MCAS jika ada data yang berbeda dengan sensor.
Akibat dua kecelakaan ini, Boeing 737 MAX dilarang terbang hampir di seluruh dunia. Penjualan pesawat ini juga mandek dengan banyak pembatalan, termasuk oleh Garuda Indonesia. Padahal 737 MAX yang lebih irit bahan bakar adalah pesawat paling laris Boeing.
ADVERTISEMENT
Saat ini Boeing juga menghadapi gugatan hukum yang dilayangkan keluarga korban kecelakaan Ethiopian Airlines di Chicago, Amerika Serikat. Dalam gugatan tersebut, Boeing disebut gagal merancang sistem kendali automasi penerbangan.