Pemimpin Junta Myanmar Ragu-ragu soal Pemulangan Pengungsi Muslim Rohingya
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Aung Hlaing pada wawancara di stasiun televisi Phoenix. Saat itu Hlaing ditanya soal apakah dirinya memperbolehkan pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar atau tidak.
Sebagai informasi, jumlah pengungsi Rohingya yang menyelamatkan diri dari serangan militer 2017 lalu paling banyak berasal dari Rakhine.
“Jika hal itu tidak tunduk pada hukum yang berlaku di Myanmar, apa lagi yang perlu dipertimbangkan? Saya tak percaya ada satu pun negara di dunia ini yang akan melampaui Undang-undang pengungsi mereka sendiri untuk menerima pengungsi,” ujar Aung Hlaing seperti dikutip dari Reuters.
Min Aung Hlaing juga mengatakan dalam pandangan nasionalis di negara Myanmar bahwa Rohingya bukanlah salah satu dari kelompok etnis mereka.
Bahkan menurutnya, istilah “Rohingya” sendiri baru muncul usai mereka berhasil merdeka dari Inggris pada 1948.
ADVERTISEMENT
“Usai kita meraih kemerdekaan, sensus kami mencatatkan istilah ‘Bengali’, ‘Pakistani’, ‘Chittagong’, tapi tidak ‘Rohingya’, sehingga kami tak pernah menerimanya,” jelas Min Aung Hlaing.
Petinggi Myanmar merujuk kelompok Rohingya sebagai orang Bengali, menandakan bahwa mereka adalah orang asing dari Bangladesh.
Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar yang digulingkan pemerintahannya oleh Min Aung Hlaing, sebelumnya turut dihujani kritik internasional akibat membela pasukan militer pada tuntutan genosida terhadap Rohingya.
Militer dan Suu Kyi membantah tuduhan genosida tersebut. Mereka mengatakan bahwa pasukan terlibat dalam operasi melawan pemberontak Rohingya ketika para pengungsi melarikan diri ke Bangladesh.
Usai kudeta pada 1 Februari lalu dilakukan, Min Aung Hlaing mengatakan upaya repatriasi pengungsi dari Bangladesh akan berlangsung. Tetapi, hingga kini belum terlihat adanya kemajuan dalam proses tersebut.
ADVERTISEMENT