news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemprov Aceh soal Angka Kemiskinan: Warga Tak Manfaatkan Peluang Kerja

15 Januari 2020 19:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kemiskinan Foto: Reuters/Marco Bello
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemiskinan Foto: Reuters/Marco Bello
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Aceh tercatat sebagai daerah dengan angka kemiskinan paling tinggi se-Sumatera. Aceh masih tetap menempati urutan pertama dengan persentase 15,01 persen, dan posisi keenam secara nasional.
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani, mengaku pemerintah Aceh telah berupaya semaksimal mungkin untuk menurunkan angka kemiskinan, menghadirkan sejumlah program yang bisa melibatkan masyarakat di dalamnya. Namun, peluang itu tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Kesempatan yang diberikan pemerintah atau swasta kepada masyarakat itu harus dimanfaatkan. Kemiskinan itu selalu berkorelasi dengan pekerjaan dan pengangguran. Seseorang jika ada peluang bekerja di proyek-proyek pemerintah harus melibatkan diri. Begitu juga dengan proyek swasta, mereka harus mengembangkan diri agar bisa ikut terlibat,” ujarnya di kantor BPS Aceh, Rabu (15/1).
Pekerja membawa rotan mentah di salah satu tempat penampungan Desa Kabu Blang Sapek,Suka Makmur, Nagan Raya, Aceh. Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Kemiskinan berkorelasi dengan pekerjaan dan pengangguran. Akan tetapi di Aceh ada hal yang menarik, kata Saifullah, banyak peluang kerja yang tersedia namun ruang itu dimanfaatkan oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
“Ada fenomena menarik di Aceh, peluang-peluang kerja yang tersedia baik dijalankan pemerintah melalui proyek APBA maupun APBN, kalau kita lihat di lapangan banyak sekali tenaga kerja luar Aceh yang terlibat aktif. Sementara banyak putra Aceh di sekitar proyek itu, tidak terlibat di dalamnya,” sebutnya.
Setelah didalami, kata Saifullah, ternyata banyak putra Aceh skill-nya tidak cukup mumpuni sehingga tidak diterima. Begitu juga sebaliknya, ketika ada ruang yang cocok untuk dikerjakan malah mereka tidak mau melibatkan diri.
“Jadi saya kira angka kemiskinan itu akan cepat turun, di samping memang program pemerintah Aceh yang harus tepat sasaran. Juga aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan peluang yang ada,” ungkapnya.
Meski masih tercatat sebagai provinsi termiskin se-Sumatera, Aceh, masuk dalam tujuh provinsi dengan penurunan persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia periode Maret-September 2019.
ADVERTISEMENT
September 2019 jumlah penduduk miskin di Aceh mencapai 810 ribu orang (15,01 persen). Angka ini berkurang sebanyak 9 ribu dibandingkan dengan penduduk miskin Maret 2019 yang jumlahnya 819 ribu orang (15,32 persen). Sementara jika dibandingkan dengan September 2018, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 21 ribu (15,68 persen).
“Saya kira penurunan ini adalah progres yang positif. Tetapi itu bukan angka yang membahagiakan. Kita belum puas dan pemerintah Aceh akan bekerja lebih keras lagi. Pertama, dari sisi perencanaan dan program lebih tepat sasaran. Kedua, mendorong masyarakat untuk pro-aktif memanfaatkan peluang yang disediakan pemerintah,” ungkapnya.
Menurut kepala BPS Aceh, Wahyudin, salah satu yang mempengaruhi angka kemiskinan itu ialah pengelolaan dana desa dan program-program pemerintah yang belum tepat sasaran dan merata.
ADVERTISEMENT
Bahkan kata Wahyudin, hasil pantauan pihaknya di lapangan, banyak pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan dana desa itu dikerjakan oleh orang luar Aceh. Sehingga manfaat dari pekerjaan tersebut tidak dirasakan masyarakat.
“Yang mengerjakan itu bukan orang desa bersangkutan. Itu yang kita pantau. Mereka dari luar seperti Medan. Sehingga tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tidak tercapai,” ujarnya.
Wahyudin menyarankan, setiap program atau kegiatan yang ada di Desa, pemerintahan setempat mampu mengarahkan agar masyarakatnya sendiri yang mengerjakan. Sebab, hal itu menjadikan penambahan pendapatan untuk mereka.
“Ada tiga lingkaran setan kemiskinan, yaitu pendapatan rendah, pendidikan rendah, dan kesehatan rendah. Akan tetapi kalau sudah ditingkatkan dari program desa, itu bisa mengeluarkan mereka dari kemiskinan. Ruang itu dulu yang utama, walaupun kita bahagia kalau tidak punya pendapatan tetap aja miskin,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT