Penanganan Corona di RI Membaik, tapi Soal Tes Harus Belajar dari Singapura

5 November 2020 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana tes swab di Mitra 10 Bogor usai 3 karyawan positif corona. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana tes swab di Mitra 10 Bogor usai 3 karyawan positif corona. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Testing masif adalah salah satu kunci untuk menekan penularan virus corona. Hal itu terbukti dari apa yang dilakukan sejumlah negara, salah satunya Singapura.
ADVERTISEMENT
Dalam video conference via zoom dengan sejumlah jurnalis Indonesia pada Senin (2/11), Dubes Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar menyampaikan upaya negaranya melawan corona.
"Situasi COVID-19 di Singapura telah stabil. Jumlah kasus baru di Singapura terus menurun, akibat hasil dari upaya testing proaktif secara luas untuk memagari virus dengan lebih baik," kata Nayar.
"Jumlah kasus baru di masyarakat juga tetap rendah. Tingkat kematian rendah tetap berada di bawah 0,1%," sambungnya.
Klaster asrama pekerja memang sempat merisaukan. Namun Singapura bergerak cepat. Pada Mei hingga Agustus 2020, lanjut Nayar, semua penghuni asrama telah diperiksa secara sistematis untuk membersihkan asrama dari COVID-19.
Kini pun Singapura berupaya perlahan membuka sektor ekonomi. Tentu dengan tingkat kehati-hatian tinggi.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Jumlah kasus di Indonesia memang belakangan menunjukkan tren pelambatan. Kematian pun menurun perlahan, meski masih di atas rata-rata dunia.
Jubir Satgas Prof Wiku Adisasmito pun mengungkapkan, ada perbaikan di sejumlah wilayah. Sehingga tingkat kesembuhan bisa terus ditingkatkan, kematian pelan-pelan ditekan.
Kapasitas rumah sakit pun terus ditambah, peralatan kesehatan di 34 provinsi juga makin baik. Penegakan dan pemantauan protokol kesehatan juga lebih modern dengan aplikasi ubah perilaku.
Namun, Wiku mengakui soal testing kita masih belum sepenuhnya maksimal. Pada dua pekan lalu, Indonesia berhasil bisa menyentuh jumlah tes 82 persen dari standar WHO.
Namun, memasuki long weekend, tes anjlok. Berkurang 32 ribu dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Hal ini berimbas ke positivity rate yang tak serta-merta turun drastis. Masih di angka sekitar 13-14 persen.
Positivity rate adalah perbandingan jumlah tes PCR dan TCM dibanding jumlah kasus positif. Standar WHO untuk menyatakan suatu negara bisa mengendalikan pandemi adalah positivity rate di bawah 5 persen.
Kendala untuk meningkatkan testing memang ada beberapa yang krusial. Dari mulai jumlah petugas tracing dan lab yang kurang hingga kondisi geografis Indonesia yang begitu luas.
Tentu bila dibandingkan dengan Singapura sangat jauh. Namun bukan berarti Indonesia tidak bisa menggenjot tes, karena jumlah lab dan stok reagen masih aman.
Hal serupa pun diungkapkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang terlibat dalam penanganan corona di Tanah Air. Penanganan corona membaik, tetapi jumlah tes harus digenjot.
ADVERTISEMENT
“Upaya testing, tracing dan treatment harus ditingkatkan agar penularan semakin dapat ditekan, semakin banyak pasien yang sembuh dan menekan angka kematian. Sebagai implementasi dari Inpres No 6 tahun 2020 maka sinergi TNI-Polri dan pemerintah daerah mutlak diperlukan," kata Hadi dalam siaran pers.