Pencari Suaka soal Ditolak Warga Kalideres: Kami Tak Punya Pilihan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Namun keberadaan mereka ditolak oleh warga Perumahan Daan Mogot Baru yang berada tidak jauh dari lokasi penampungan. Warga mempersoalkan keberadaan tempat pengungsian yang bersebelahan dengan kompleks sekolah (TK-SMA) Dian Harapan.
Pencari suaka asal Afganistan, Muhammad Taqi, sudah mengetahui tentang penolakan itu.
"Tapi kami tidak punya pilihan. Karena kami datang ke sini (Kalideres) ikut pemerintah. Kami tidak meminta macam-macam, kami hanya ingin tempat yang layak dan makan," kata Taqi dengan logat Indonesia yang terbata-bata saat ditemui kumparan, Minggu (14/7).
Taqi juga bersyukur tempatnya mengungsi di Kalideres jauh lebih baik dibandingkan saat terlantar di Kebon Sirih.
"Hanya enggak ada kamar mandi, hanya ada untuk toilet saja," ucapnya.
Lelaki berusia 24 tahun itu bercerita, ia beserta keluarganya sudah tinggal di Indonesia selama hampir dua tahun. Tempat pertama ia tinggal di kawasan Bogor.
ADVERTISEMENT
"Di Bogor 7 bulan, habis itu ke Imigrasi sini (Rudenim Kalideres) 1 tahun. Setelah itu 12-13 hari di Kebon Sirih, baru ke sini," kata Taqi.
Taqi mengungsi bersama ibu dan 6 adiknya yang seluruhnya perempuan. Ayahnya, dari cerita yang ia dengar, sejak tahun 2003 sudah meninggalkan Afghanistan untuk menuju Australia. "Tapi sudah lama aku tidak tahu kabarnya," kata Taqi.
Taqi pun mengungkapkan alasannya meninggalkan Afganistan. Perang yang masih berkecamuk membuat ia memutuskan angkat kaki dari negaranya. Ia menilai Afghanistan sudah tidak aman untuk ditinggali.
"Negaraku enggak membuatku (aman), Afghanistan masih ada perang," ungkapnya.
Taqi mengaku mengungsi dengan mengikuti program Badan Komisi Tinggi PBB untuk pengungsi (UNHCR). Ia dan keluarganya tak tahu akan tinggal di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Saya enggak tahu. Tapi UNHCR mungkin kasih pilihan Australia, Kanada, Amerika. Dia mau aku yang ini (Indonesia)," tutur Taqi.