Penderita HIV Akibat Gay di Kota Depok Jadi 353 Orang dalam 9 Bulan

20 Februari 2018 23:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wokrshop Pembinaan LGBT di Depok. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wokrshop Pembinaan LGBT di Depok. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jumlah penderita HIV akibat perilaku gay di Kota Depok terus meningkat. Lembaga Konsultasi Ketahanan Keluarga (LK3) Kota Depok mengungkapkan, dalam rentang waktu dari bulan Maret hingga Desember 2017, jumlah penderita HIV akibat perilaku gay menjadi 353 orang, dari sebelumnya 144 orang.
ADVERTISEMENT
"Hingga akhir tahun 2017, komisi penanggulangan HIV Kota Depok mencatat ditemukan 988 orang penderita HIV di kota Depok, 353 orang akibat orang perilaku seks sesama lelaki," kata Ketua LK3, Wulandari Eka Sari dari keterangan tertulis yang diterima kumparan (kumparan.com), Selasa (20/2).
Sebelumnya, Dinas Sosial Pemkot Depok mencatat dari Januari hingga Maret 2017, sebanyak 144 orang menderita HIV akibat gay, dari 220 orang penderita HIV di Depok.
Hal itu menunjukan dalam waktu sembilan bulan, 209 orang telah terjangkit HIV akibat gay.
Menurut Wulan, sapaan Wulandari, fenomena penderita HIV itu hanyalah merupakan puncak gunung es yang terlihat di permukaan. Menurutnya ada banyak permasalahan di balik semakin meningkat dan menyebarnya penderita HIV di Kota Depok.
ADVERTISEMENT
Wulan menyebut, dalam laporan LGBT nasional Indonesia, 'Hidup Sebagai LGBT di Asia,' yang ditulis Dede Oetomo, LGBT termasuk dalam format gerakan yang menuntut legalitas agar diakui oleh hukum negara, agama, dan sosial kemasyarakatan. Namun karena kuatnya norma agama dan norma sosial bangsa Indonesia, menyebabkan perilaku LGBT tidak mendapat penerimaan di masyarakat.
"Sementara di sisi lain, keberadaan orang dengan perilaku LGBT tidak semuanya berada dalam barisan gerakan," ungkapnya.
Dalam fenomena LGBT ini, Wulan memaparkan bahwa di antara yang berperilaku LGBT itu ada yang terjebak, namun karena menyadari bahwa yang dilakukannya merupakan perilaku menyimpang, sehingga mereka tidak mengajak orang lain berperilaku yang sama. Bahkan sebagian dari mereka ingin kembali pada fitrah manusia normal.
ADVERTISEMENT
"Mereka ini membutuhkan upaya pendampingan dalam upaya rehabilitasi," tegasnya.
Wulan menambahkan, pada kenyataannya jumlah organisasi LGBT di negara ini semakin bertambah dan membesar, dan sedikit banyak menunjukkan adanya nilai yang mulai bergeser.
Meskipun besarnya fenomena masyarakat yang menolak terhadap perilaku LGBT, hal itu menunjukkan besarnya kepedulian dan penjagaan masyarakat terhadap kehidupan sesuai norma yang berlaku di Indonesia.
Oleh karena itu, Wulan mengatakan, pihaknya sebagai pengurus LK3 yang bermitra dengan Pemkot Depok akan terus mencegah agar fenomena LGBT tidak meluas. Pihaknya melakukan pembinaan bagi mereka yang ingin kembali kepada fitrahnya.
Sebelumnya, Pemkot Depok telah merencanakan akan membuat tim terpadu untuk menangani fenomena LGBT di Depok. Rencananya, elemen masyarakat dari pemuka agama, dinas terkait, kepolisian dan tokoh lainya akan bersinergi mencari jalan keluar terbaik untuk para pelaku LGBT dan masyarakat pada umumnya.
ADVERTISEMENT