Penempatan Artis di Komisi untuk Penuhi Kebutuhan Jumlah Wakil Fraksi

30 Oktober 2019 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 yang juga artis Desy Ratnasari (kedua kanan) berswafoto dengan rekan sejawatnya Mulan Jameela (kanan) sebelum pelantikan di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 yang juga artis Desy Ratnasari (kedua kanan) berswafoto dengan rekan sejawatnya Mulan Jameela (kanan) sebelum pelantikan di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
DPR RI telah menetapkan nama-nama anggota yang akan mengisi Komisi I hingga XI serta alat kelengkapan dewan (AKD). Dalam rapat paripurna tersebut, nama-nama sejumlah artis yang lolos ke parlemen juga menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Beberapa artis seperti Mulan Jameela, Krisdayanti, Tommy Kurniawan, Rachel Maryam, hingga Arzeti Bilbina dinilai salah masuk komisi. Misalnya, penyanyi Mulan Jameela yang justru ditempatkan di Komisi VII yang membidangi energi, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup.
Sementara Krisdayanti dan Arzeti Bilbina menempati Komisi IX yang mengurus masalah kesehatan, ketenagakerjaan dan kependudukan. Sedangkan artis lainnya seperti Rachel Maryam justru masuk ke Komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, aparatur negara dan reformasi birokrasi, kepemiluan, hingga reforma agraria.
Bidang-bidang yang tidak sesuai dengan background para artis ini, menurut peneliti Formappi Lucius Karus, sebenarnya merupakan fenomena yang wajar. Pasalnya kata Lucius, ketimbang soal kapasitas atau keahlian anggota, yang jadi pertimbangan justru kebutuhan partai untuk memenuhi tuntutan jumlah wakil di komisi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya menduga, keahlian spesifik artis di parlemen memang tidak begitu jelas. Sehingga, parpol merasa bebas menempatkan mereka di komisi mana pun. Mungkin sekadar untuk memenuhi tuntutan jumlah wakil fraksi di komisi tersebut," kata Lucius kepada kumparan, Rabu (30/10).
Anggota DPR yang juga artis Mulan Jameela (tengah) berbincang dengan rekan sejawatnya saat mengikuti Sidang Paripurna MPR ke-2 di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Menurut Lucius, hal tersebut sebenarnya bukan hanya dialami oleh anggota DPR dari kalangan artis saja. Ia menilai, sebenarnya banyak anggota lain yang keahliannya tidak spesifik yang pada akhirnya ditempatkan di mana saja oleh partainya.
"Tapi tentu saja, ada satu dua orang yang secara khusus ditempatkan partai sesuai keahliannya. Mereka inilah yang diharapkan bisa menjadi ujung tombak parpol di komisi tersebut," jelasnya.
Lagipula, kata Lucius, pemilihan anggota DPR memang bukan berdasarkan keahlian atau kemampuan spesifik tertentu. Bahkan, seseorang bisa menjadi anggota DPR hanya dengan mengantongi ijazah SMA saja.
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya kinerja para anggota DPR dengan keahlian yang umum bisa dibantu oleh staf ahli. Sehingga, tidak jadi masalah jika anggota dewan tersebut tidak memiliki basis keahlian yang diperlukan, selama ia bisa merekrut staf ahli yang benar-benar baik.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 yang juga artis Krisdayanti melambaikan tangan usai pelantikan di Ruang Rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Tuntutan keahlian pada anggota memang tidak mutlak, bahkan sistem pemilu kita memang tidak didesain untuk menghasilkan anggota parlemen dengan keahlian. Lebih banyak unsur uang dan popularitas yang membawa kesuksesan anggota DPR dalam pemilu," ucap Lucius.
"Sehingga anggota itu memang tidak otomatis punya keahlian tertentu," imbuhnya.
Lucius mengungkapkan, bukan hal yang tepat juga jika para artis tersebut lantas dikaitkan dengan Komisi X yang membidangi pendidikan, olahraga, dan sejarah. Sebab, komisi tersebut juga sesungguhnya membutuhkan orang-orang dengan kompetensi yang cukup, termasuk di bidang pendidikan.
ADVERTISEMENT
"Tak bisa Komisi X ini jadi tempat menampung artis, walau tak jelas juga kapasitasnya. Bisa rusak juga pendidikan kita di tangan mereka yang tak paham pendidikan. Maka lebih baik, mereka ditugaskan di komisi mana pun agar tidak menumpuk di satu komisi saja," pungkasnya.