Penjelasan Anies soal KRL Bogor-Jakarta Paling Berisiko Penyebaran Corona

11 Maret 2020 20:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IIustrasi KRL. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
IIustrasi KRL. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Beredar sebuah foto slide paparan dalam rapat tertutup Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait upaya pencegahan penyebaran virus corona. Salah satu yang menjadi perhatian, yakni tulisan jalur KRL Bogor-Depok-Jakarta Kota menjadi jalur paling potensial berisiko penyebaran corona.
ADVERTISEMENT
Anies pun menjelaskan terkait hal ini. Dia mengatakan, data sebaran risiko kontaminasi penularan corona yang menyebut paling besar ada di wilayah KRL 2 atau rute Bogor-Depok-Jakarta Kota merupakan data internal. Dengan data itu, diharapkan jajarannya bersiap dalam melakukan pencegahan. Sehingga penyebaran dapat diminimalisir.
"Jadi ini tujuannya untuk internal supaya bisa bersiap dan bisa melakukan langkah-langkah mitigasi. Jadi itu sebetulnya," kata Anies di Balai Kota, Jakarta, Rabu (11/3).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Jakarta, Kamis (5/3). Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
Dia memastikan bahwa data itu bukan berarti ada kasus positif corona yang ditemukan di tempat itu. Namun, di lokasi tersebut perlu pengawasan lebih karena memiliki potensi risiko.
"Jadi yang disampaikan itu bukan bahwa saat ini ada kasus, bukan, tapi bahwa saat ini kita punya potensi risiko-risiko, salah satunya adalah transportasi, tapi juga yang aspek-aspek lain," jelasnya.
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Anies menegaskan, penentuan sebuah lokasi menjadi berpotensi risiko penyebaran corona bukan hal yang mudah. Banyak data yang dikumpulkan dan dikombinasikan sehingga dapat menentukan suatu daerah atau tempat menjadi potensial risiko penyebaran corona.
ADVERTISEMENT
"Kita kan memiliki data sebaran orang-orang dalam pemantauan, data pasien dalam pengawasan, dari situ kemudian dibentuk petanya, ada. Dan tadi juga dipaparkan juga petanya. Tapi kan itu untuk kebutuhan internal supaya kita bisa melakukan langkah-langkah mitigasi," jelasnya.
"Jadi itu salah satu hal yang harus disiapkan oleh Dinas Perhubungan langsung komunikasi. Jadi Dinas Perhubungan langsung komunikasi tadi dengan jajaran di seluruh operator," ucap dia.