Penjelasan BIN soal 41 Masjid dan 7 Kampus Terpapar Radikalisme

18 November 2018 10:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Badan Intelijen Negara (Foto: ANTARAFOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Badan Intelijen Negara (Foto: ANTARAFOTO)
ADVERTISEMENT
Badan Intelijen Negara (BIN) membuka informasi adanya 41 masjid di lingkungan pemerintahan yang terpapar radikalisme. Tak hanya itu, 7 masjid di lingkungan kampus negeri juga terpapar hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Jubir Kepala BIN Wawan Hari Purwanto menjelaskan data tersebut merupakan hasil survei terhadap kegiatan cermah yang disampaikan beberapa penceramah di masjid lingkungan pemerintahan.
"Survei dilakukan oleh P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) NU yang hasilnya disampaikan kepada BIN sebagai early warning dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN," ucap Wawan dalam keterangan tertulis, Minggu (18/11).
Menurutnya, keberadaan masjid di kementerian atau lembaga, dan BUMN, perlu dijaga agar penyebaran ujaran kebencian terhadap kalangan tertentu melalui ceramah-ceramah agama tidak mempengaruhi masyarakat dan mendegradasi Islam sebagai agama yang menghormati setiap golongan.
"Hal tersebut adalah upaya BIN untuk memberikan early warning dalam rangka meningkatkan kewaspadaan, tetap menjaga sikap toleran dan menghargai kebhinekaan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Untuk menekan penyebaran paham radikal di masjid-masjid tersebut, salah upayanya adalah dengan memberdayakan penceramah atau dai agar dapat memberikan ceramah yang menyejukkan, dan menangkis atau melawan paham radikal di masyarakat.
Umat Islam melaksanakan Salat di Masjid Istiqlal. (Foto:  Aditia Noviansyah)
zoom-in-whitePerbesar
Umat Islam melaksanakan Salat di Masjid Istiqlal. (Foto: Aditia Noviansyah)
Sementara terkait 7 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang juga terpapar radikalisme, dan 39 persen mahasiswa di 15 provinsi tertarik dengan paham radikal, Wawan membenarkan data tersebut.
"Namun, data PTN dimaksud hanya disampaikan kepada pimpinan universitas tersebut untuk evaluasi, deteksi dini, dan cegah dini. Tidak untuk konsumsi publik, guna menghindari hal-hal yang merugikan universitas tersebut," ucap Wawan tak merinci.
Sebelumnya, data masjid dan kampus terpapar radikalisme disampaikan oleh Kasubdit di Direktorat 83 BIN, Arief Tugiman, dalam diskusi Peran Ormas Islam dalam NKRI, di Kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Jakarta, Sabtu (17/12).
ADVERTISEMENT