Penjelasan BMKG soal Gempa 7,1 M di Filipina yang Terasa hingga Kep Talaud

12 Agustus 2021 9:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerusakan akibat gempa bumi terlihat di Kota Digos, Davao Del Sur, Filipina, Kamis (31/10).  Foto: Arthur Thiam Malemit/ via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kerusakan akibat gempa bumi terlihat di Kota Digos, Davao Del Sur, Filipina, Kamis (31/10). Foto: Arthur Thiam Malemit/ via Reuters
ADVERTISEMENT
Gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo mengguncang wilayah Davao, Filipina, yang getarannya terasa hingga Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, pada Kamis (12/8) pukul 00.46 WIB.
ADVERTISEMENT
Pusat gempa berada di 63 km timur, Pondaguitan, Filipina, dan 270 km utara Melonguane, Kepulauan Talaud, dengan kedalaman 44 km dari permukaan laut.
Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Bencana BMKG, Daryono, menjelaskan gempa tersebut berada di zona megathrust yang berjenis gempa dangkal akibat dari aktivitas lempengan laut Filipina.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Laut Filipina yang menunjam ke bawah Filipina di zona megathrust,” ujar Daryono dalam keterangannya, Kamis (12/8).
Selain itu, Daryono menyebut gempa juga dipicu karena adanya pergerakan naik (thrust fault) yang menjadi ciri khas sumber gempa yang berada di zona megathrust.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas mekanisme sumber gempa di zona tumbukan lempeng di zona megathrust,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, gempa tersebut berpotensi akan merusak wilayah Davao karena gempa yang dirasakan sangat kuat.
“Guncangan gempa ini dirasakan sangat kuat di wilayah Davao Filipina mencapai skala intensitas V-VI MMI yang berpotensi merusak,” ujar Daryono.

Gempa Dirasakan hingga ke Wilayah Indonesia

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono Foto: Utomo Priyambodo/kumparan
Sementara itu, Daryono menegaskan getaran gempa juga dirasakan kuat di wilayah Indonesia, khususnya di Kepulauan Talaud, dalam skala intensitas III-IV MMI, guncangan dirasakan oleh orang banyak.
“Gempa juga dirasakan di Sangihe dan Bitung dalam intensitas II - III MMI,” ucap dia.
Saat ini belum ada laporan kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut. Mengingat, pusat gempa yang cukup jauh dari pusat gempa ke daratan Filipina.
“Jika memang tidak ada dampak kerusakan adalah wajar, karena jarak pusat gempa ke daratan wilayah daratan Filipina cukup jauh sekitar 80 kilometer,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dari hasil pemodelan yang dilakukan oleh BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena disebabkan adanya kedalaman yang relatif dalam untuk memicu tsunami.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, hal ini disebabkan karena kedalamannya yang relatif dalam untuk dapat memicu terjadinya gangguan kolom air laut dan memicu tsunami,” ungkap Daryono.

Terjadi 8 Kali Gempa Susulan

Ilustrasi seismograf gempa bumi. Foto: Getty Images
Hingga pukul 06.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 8 kali gempa susulan, dengan kekuatan gempa minimum 4,1 magnitudo dan maksimum 5,3 magnitudo.
“Hasil monitoring BMKG baru terjadi 8 kali gempa susulan (aftershock) dengan Magnitudo minimum gempa susulan M 4.1 dan magnitudo Maksimum gempa susulan M 5.3,” pungkasnya.
Berikut catatan gempa besar di zona Tunjaman Lempeng Laut Filipina:
ADVERTISEMENT
- Gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 (M 7,4)
- Gempa merusak Davao 14 April 1924 (M 8,2)
- Gempa merusak Davao 25 Mei 1943 (M 7,6)
- Gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 (M 7,0)
- Gempa merusak Davao 19 Maret 1952 (M 7,7)
- Gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 (M 7,2)
- Gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai 8 September 1966 (M 7,7)
- Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 (M 7,6)
- Gempa merusak Maluku Utara dan Morotai Morotai pada 26 Mei 2003 (M 7,0).