Penjelasan Kepala BPIP soal Agama Menjadi Musuh Terbesar Pancasila

12 Februari 2020 17:59 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian Wahyudi. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian Wahyudi. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, meluruskan pernyataannya soal "agama menjadi musuh terbesar Pancasila" yang viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Yudian yang juga Rektor UIN Sunan Kalijaga ini mengingatkan untuk tidak menghadapkan Pancasila dengan agama.
"Karena agama dengan Pancasila itu saling mendukung," ujar Yudian kepada kumparan, Selasa (12/2).
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Yudian Wahyudi (kiri) saat pelantikan menjadi Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2). Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Berikut penjelasan lengkap Yudian Wahyudi:
Bagaimana penjelasan Bapak soal pernyataan 'agama musuh besar Pancasila' yang dinilai orang-orang kontroversial?
Maksudnya Pancasila itu agamis, karena kelima sila itu mudah ditemukan di kitab suci keenam agama yang diakui secara konstitusional oleh NKRI.
Jadi, kita ini jangan menghadap-hadapkan Pancasila dengan agama, karena agama dengan Pancasila itu saling mendukung. Jadi kalau bahasa gampangnya dari segi sumber dan tujuannya Pancasila ini agamis, karena kelima sila itu mudah ditemukan di kitab suci keenam agama yang diakui secara konstitusional oleh NKRI.
ADVERTISEMENT
Tapi untuk mewujudkannya kita butuh unsur kemanusiaan keindonesiaan.
Agamis tadi gimana?
Misalnya, kita adakan lomba sepak bola, misalnya dalam kebersatuan, kita butuh pemainnya siapa, orangnya siapa, anggarannya gimana, berapa, kapan acaranya, di mana itu atau bagaimana aturan mainnya itu terserah kita.
Jadi kalau bahas agama, jangan dibilang Pancasila itu thagut. Nah, itu maksudnya. Saya katakan, ya, umat Islam Indonesia ini umat Islam yang harusnya paling berbahagia, paling beruntung di dunia hari ini, karena punya Pancasila. Sebab tanpa persatuan itu, nanti kita enggak bisa apa-apa, enggak punya apa-apa, pengalaman sejarah.
Tapi dalam kehidupan kita ini mestinya kan saling mendukung. Tapi ada kelompok-kelompok di dalam kehidupan kita ini atas nama agama. Kelompok ini mengklaim mayoritas.
ADVERTISEMENT
Misalnya? Kelompok seluruh agama?
Karena saya orang Islam, saya kasih contoh yang Islam. Contohnya, itu ada orang yang menggunakan kata-kata mayoritas. Maksudnya gini, kata ulama itu kan kesannya mayoritas, ulama Indonesia. Tapi kalau kenyataannya di Indonesia siapa mayoritas ulama itu? Jawabnya kan Muhammadiyah, NU, MUI, ditambah Kementerian Agama-lah, gitu. Ada orang yang menggunakan istilah ulama itu, misalnya Ijtima Ulama.
Mereka ini klaimnya jadi mayoritas kan itu, padahal mereka ini minoritas. Toh, akhirnya kalah juga, maksud kalah ini akhirnya kelompok ini memutuskan sendiri, ya, sudahlah kita nanti enggak usah undang politisi.
Ini contoh, jadi kalau kita tidak bisa mengelola hubungan agama dengan Pancasila, agama akan menjadi musuh terbesar. Mengapa? Karena setiap orang di Indonesia mayoritas beragama. Kalau mayoritas beragama menggunakan agama melawan Pancasila kejadiannya apa? Kan gitu.
ADVERTISEMENT
Inilah yang dimaksud. Makanya kita harus pandai-pandai mengelola hubungan agama dengan Pancasila. Itu maksud saya.
Saya mencontohkan Islam, karena saya orang Islam, begitu pula agama lain.
Maka tadi saya tegaskan hukum Tuhan tertinggi, karena saya muslim, maka hukum Allah yang tertinggi yang mengatur kehidupan sosial politik itu bukan kitab suci sebagai kitab. Bukan Al-Quran dan hadis dalam kitab. Tapi konsensus atau ijma.
Contoh yang saya buat misalnya Muhammadiyah tidak ziarah kubur, NU ziarah kubur. Jelas, ya. Ini dua-duanya punya alasan dari Al-Quran dan hadis.
Tapi mengapa mereka, kok, bersitegang, karena belum dikomunikasikan. Maka perlu dibikin kesepakatan atau ijma atau konsensus. Misalnya, satu, Muhammadiyah tidak ziarah, NU ziarah, dua, saling menghormati dan tidak saling menyerang, tiga, barang siapa melanggar, tentu kena sanksi. Tentu yang buat Muhammadiyah sama NU sanksinya apa.
ADVERTISEMENT
Ini kelihatannya tindakan sekuler, padahal ini sebetulnya perintah Al-Quran juga, kalau orang Islam. Jadi Al-Quran ada perintah bersatulah, jangan pecah belah. Itu juga sama di Hindu, ada di Kristen, ada di Konghucu, Buddha, dan Katolik. Itu maksud saya
Oleh karena itu, marilah kita merawat nikmat terbesar ini. Namanya kemerdekaan Indonesia. Dengan cara menjaga, mengelola hubungan baik antara Pancasila dengan agama. Itu maksud saya.