Penjualan Buku 'The Satanic Verses' Melonjak Usai Penikaman Salman Rushdie

19 Agustus 2022 7:05 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara pada hari pembukaan Forum Ekonomi Positif di Le Havre, barat laut Prancis, 16 September 2016. Foto: CHARLY TRIBALLEAU / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara pada hari pembukaan Forum Ekonomi Positif di Le Havre, barat laut Prancis, 16 September 2016. Foto: CHARLY TRIBALLEAU / AFP
ADVERTISEMENT
Novel The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan menduduki puncak daftar buku terlaris dalam berbagai platform setelah penulisnya, Salman Rushdie, mengalami penyerangan pada Jumat (12/8).
ADVERTISEMENT
Rushdie telah lama menarik perhatian yang beragam berkat novel keempatnya itu. Pengarang tersebut menuai sanjungan dari kritikus sastra hingga ancaman kekerasan.
Selepas mendengar kabar serangan, masyarakat dunia yang belum pernah mendengar namanya kini tertarik untuk menyelisik karya-karya sastrawan itu. Sebagian pembaca membeli karya-karyanya untuk menunjukkan solidaritas dengan Rushdie.
Berbagai versi dari buku kontroversial tersebut kembali melesat menjadi bestseller di situs e-commerce Amazon. Edisi sampul kertas atau paperback lalu menempati posisi teratas dalam kategori Sastra Kontemporer & Fiksi sejak Senin (15/8).
Versi itu juga berlabuh di urutan kedua dalam kategori Penyensoran & Politik hingga Jumat (19/8). Format buku audio dan buku elektroniknya pun masih merenggut nomor satu secara keseluruhan.
Paperback dari novel realisme magis itu sempat kehabisan stok pula di situs populer seperti Barnes & Noble dan Bookshop.org.
ADVERTISEMENT
"Dibeli dalam solidaritas dengan Rushdie. Tidak seorang pun pantas diserang secara fisik karena kata-kata yang mereka tulis," tulis sebuah ulasan di Amazon.
"Saya baru saja membeli buku ini sebagai respons terhadap para ekstremis yang mencoba membungkam orang. Anda tidak akan menang," bunyi ulasan lainnya.
Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
Disadur dari AFP, toko-toko buku fisik turut melaporkan ketertarikan yang melambung terhadap sang penulis kelahiran India. Salah satunya adalah toko buku terbesar di New York, Strand Bookstore.
Novel baru maupun bekasnya habis terjual di gerai tersebut. Sejumlah peminat yang membeli buku itu berasal dari generasi muda. Mereka sebelumnya tidak mengetahui Rushdie.
"Kami pasti memiliki orang-orang yang datang untuk mencari apa pun yang dia tulis," kata manajer Strand Bookstore, Katie Silvernail.
ADVERTISEMENT
"Beberapa karyawan kami yang lebih muda belum pernah mendengar tentang dia. Jadi menarik bagaimana kemarin kami berdiskusi dengan staf kami yang lebih muda tentang siapa dia dan apa pengaruhnya terhadap dunia sastra," tambahnya.
Rushdie ditikam di Chautauqua, Negara Bagian New York, Amerika Serikat (AS). Pria berusia 75 tahun itu tengah menghadiri sebuah acara sastra sebagai pembicara.
Pelaku penikaman merupakan pria berusia 24 tahun, Hadi Matar. Dia berasal dari Fairfield, Negara Bagian New Jersey. Matar menusuk Rushdie hingga 12 kali pada wajah dan lehernya. Akibatnya, dia harus menggunakan bantuan pernapasan saat dirawat di rumah sakit.
Meskipun ventilatornya telah dilepas, putranya mengatakan, Rushdie mengalami cedera yang 'mengubah hidupnya'.
Penulis Inggris Salman Rushdie berpose saat sesi foto di Paris, 18 September 2018. Foto: JOEL SAGET / AFP
Matar membantah tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan. Dia mengaku tidak bersalah di pengadilan.
ADVERTISEMENT
Matar menyukai Rushdie karena karyanya yang menyerang Islam. Namun, Matar mengatakan, dia baru membaca beberapa halaman The Satanic Verses. Matar kemudian memuji mantan Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini.
"Saya menghormati Ayatollah. Saya pikir dia orang yang hebat," ujar Matar, dikutip dari BBC, Jumat (19/8).
The Satanic Verses memicu gelombang kontroversi setelah diterbitkan pada 1988. Sebab, novel itu memuat penggambaran Nabi Muhammad.
Iran lantas melarang buku tersebut dan mengeluarkan fatwa yang menyerukan pembunuhan Rushdie. Pemimpin revolusioner itu menganggap novelnya sebagai penghinaan terhadap Islam.
Kendati demikian, Iran membantah memiliki hubungan dengan Matar. Pihaknya menyalahkan Rushdie atas penikaman yang terjadi karena telah mencela Islam.
"Dengan menghina hal-hal suci Islam, Salman Rushdie telah mengekspos dirinya pada kemarahan dan kemurkaan orang-orang," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani.
ADVERTISEMENT