Untitled Image

Pentingnya Perpustakaan Sekolah di Era Digitalisasi

15 November 2021 15:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat membawa perubahan di berbagai sektor, tak terkecuali sektor pendidikan. Contoh paling sederhananya bisa dilihat dari proses pembelajaran yang kini bisa dilakukan secara online.
Referensi materi pembelajaran pun semakin luas. Tidak hanya bisa didapatkan melalui penjelasan guru atau buku dari perpustakaan, siswa pun dapat mencari tahu materi-materi yang ingin ia pelajari lewat bantuan internet dari gadget atau laptopnya.
Lantas, di tengah kondisi digitalisasi seperti ini, masih relevankah keberadaan perpustakaan? Bila siswa dengan mudah mencari ilmu pengetahuan lewat internet, bagaimana perpustakaan dapat berkontribusi dalam pembelajaran?
Sejatinya, keberadaan perpustakaan tetap memiliki posisi penting sebagai salah satu sumber ilmu di sekolah meski teknologi terus berkembang pesat. Dengan perpustakaan, siswa bisa mendapatkan referensi yang lebih kredibel sesuai materi yang dipelajari. Sebab, bagaimana pun, informasi yang beredar di internet bisa saja memuat suatu hal yang bias dan tidak sesuai fakta.
Ilustrasi perpustakaan sekolah. Foto: Shutterstock
Kepala perpustakaan di Jakarta Intercultural School (JIS), Matt Schaeffer, mengatakan, membiarkan siswa bebas berselancar di internet sama saja seperti melepas siswa ke hutan. Mereka bisa hilang arah bila tidak bisa membaca peta dan mengetahui arah yang tepat.
"Saya juga pernah mempertanyakan hal ini kepada diri sendiri “Mengapa kita membutuhkan perpustakaan ketika semua informasi di dunia ada di ponsel dan laptop kita?”. (Padahal) menyuruh siswa 'meneliti' di internet sama saja seperti melepaskan mereka ke hutan. (Sebaliknya), ketika datang ke perpustakaan, mereka dapat menemukan referensi yang tepat karena ada pustakawan (yang bisa membimbing)," jelas Schaeffer.
Menurut Schaeffer, perpustakaan modern merupakan bagian penting dari proses pembelajaran abad 21. Dengan perpustakaan modern, siswa dapat mencari, menganalisis, menggunakan, dan menyebarkan suatu materi pembelajaran dengan bijak, baik secara online maupun offline.
"Mereka (para siswa) dapat menemukan dukungan dan materi yang mengutamakan kebutuhan belajar mereka — semuanya dalam ruang aman yang dirancang untuk menjunjung nilai-nilai kebebasan intelektual, pendidikan, dan tanggung jawab sosial," lanjut Schaeffer.
Ilustrasi siswa belajar di perpustakaan sekolah. Foto: Shutterstock
Sementara itu, JIS Interim Head of School, Maya Nelson, mengatakan perpustakaan modern lebih dari sekadar tempat untuk membaca buku. Dengan menggunakan teknologi yang mumpuni, pencarian materi pelajaran di perpustakaan jadi lebih terarah. Siswa juga bisa menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk mencari informasi yang kredibel.
"Perpustakaan modern mengajarkan siswa untuk menjadi pengguna teknologi yang bertanggung jawab, bagaimana melakukan penelitian yang terarah, dan bagaimana menggunakan keterampilan berpikir kritis mereka untuk tetap objektif saat menganalisis informasi dari sumber yang kredibel. Hal ini sangat penting pada saat informasi yang salah merajalela di internet, terutama platform media sosial," katanya.
Perpustakaan juga bisa menjadi 'tempat rekreasi' di sekolah karena siswa mempunyai kesempatan membaca buku-buku fiksi. Ketika mereka suntuk terhadap pembelajaran di kelas, berlari ke perpustakaan dapat menjadi salah satu cara ampuh untuk berimajinasi lewat buku yang mereka pilih. Apalagi bila sekolah menyediakan ragam buku fiksi dari penulis lokal maupun luar negeri, perjalanan ke negeri dongeng pun akan semakin menyenangkan.

Perpustakaan Modern di Jakarta Intercultural School

Perpustakaan di Jakarta Intercultural School. Foto: dok. Jakarta Intercultural School
JIS menyadari, perpustakaan tetap memiliki fungsi penting di era digitalisasi, terutama untuk mendukung proses belajar mengajar selama di sekolah. Oleh karena itu, Jakarta Intercultural School membangun empat perpustakaan luas di tiga kampusnya: masing-masing satu di kampus Pattimura dan Pondok Indah untuk siswa SD (PEL & PIE), serta dua di kampus Cilandak untuk siswa SMP maupun SMA JIS. Uniknya, Jakarta Intercultural School juga memberikan akses kepada para orang tua untuk menggunakan fasilitas ini.
Selain dilengkapi dengan beragam pilihan buku nonfiksi maupun fiksi, JIS menghadirkan berbagai fasilitas mumpuni untuk berbagai metode penelitian dan presentasi. Sehingga, baik siswa, guru, maupun orang tua, dapat memaksimalkan fungsi perpustakaan sebagai sarana pendidikan.
Sekolah nonprofit yang mendukung bakat dan potensi siswa baru-baru ini telah merayakan pembukaan kembali High School Community Library. Setelah 22 bulan menjalani renovasi besar-besaran, kini perpustakaan untuk siswa SMP dan SMA Jakarta Intercultural School tersebut hadir dengan gedung dua lantai yang modern. Tak hanya canggih, JIS bahkan mendorong sustainable building dengan mengedepankan berbagai fasilitas yang ramah lingkungan.
Nelson menjelaskan, High School Community Library dirancang untuk mendukung keterampilan literasi media di kalangan para siswa. Sama seperti namanya, perpustakaan ini juga bertujuan untuk menyatukan seluruh komunitas yang ada di JIS. Sehingga, para anggota bebas berdiskusi maupun berekspresi di perpustakaan.
Perpustakaan di Jakarta Intercultural School. Foto: dok. Jakarta Intercultural School
"Kebutuhan akan pendidikan berkualitas dan pembelajaran abad 21 terus berlanjut. Namun, kami melihat bahwa selama satu setengah tahun terakhir, komunitas akan lebih kuat bila terus bekerja sama. Perpustakaan baru kami adalah cara yang luar biasa bagi JIS untuk menjunjung tinggi semua nilai-nilai tersebut," lanjut Nelson.
Di lantai pertama yang seluas 2,457 meter persegi, High School Community Library mencakup ruang serbaguna, kafetaria, ruang siswa, helpdesk IT (pusat bantuan dengan teknologi canggih), atrium pusat yang menghadap ke skylight, serta auditorium yang dapat menampung 251 orang.
Perpustakaan di Jakarta Intercultural School. Foto: dok. Jakarta Intercultural School
Sementara itu, lantai dua High School Community Library menjadi rumah bagi ribuan judul buku yang bisa dinikmati. Dengan luas 1,854 meter persegi, lantai dua perpustakaan ini juga memiliki galeri, dua ruang kolaborasi yang bisa digunakan komunitas, study center yang kedap suara, serta sebuah mini theater.
Bagi Schaeffer, High School Community Library merupakan perpaduan yang kohesif dari semua fitur terbaik perpustakaan dan pusat penelitian ultra-modern.
“Kami merancangnya untuk menjadi ruang yang indah bagi siswa untuk meringkuk dengan sebuah buku. Di sini, semua orang dapat duduk dan menyelesaikan pekerjaan tanpa suara. Perpustakaan ini juga dapat menjadi tempat berkumpul untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang menakjubkan. Saya tidak sabar menunggu seluruh komunitas untuk melihat dan merayakan ruang yang indah ini!" pungkas Schaeffer.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten