Penyandang Disabilitas hingga Lansia di Kupang Dapat Pelatihan Wirausaha

27 Februari 2024 23:53 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelas-kelas kewirausahaan Sentra Efata Kupang, Selasa (27/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kelas-kelas kewirausahaan Sentra Efata Kupang, Selasa (27/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekitar 120 lansia, penyandang disabilitas, korban bencana alam, hingga anak berurusan dengan hukum yang sedang menjalani rehabilitasi tampak asyik menekuni keterampilan yang diajarkan di Sentra Efata Kupang, Selasa (27/2). Di tempat itu, mereka belajar membuat makanan siap saji, cemilan, hingga meracik kopi.
ADVERTISEMENT
Kelas-kelas itu tersebar di tiga bangunan aula yang ada di lahan tersebut. Setiap kelasnya dipandu oleh seorang pelatih, penutur bahasa isyarat, dan satu hingga dua orang pengasuh.
"Setelah pulang dari sini [bisa] langsung usaha. Bahan-bahannya [sudah punya] lengkap, cuma tinggal peralatan-peralatannya saja," tutur Yani Melania Kase (32) sambil tersenyum dan dengan semangat mengikuti pelatihan membuat nugget pisang daun kelor.
Di kelas lainnya, Yanto, sedang berlatih memasak serundeng ikan tuna. Yanto sebelumnya merupakan seorang tukang batu di Maumere. Namun ia punya mimpi bisa membangun usaha sendiri setelah selesai dari Sentra Efata Kupang.
"Mudah-mudahanlah, tiga bulan ke depan itu paling enggak ya 20 [orang dari kami bisa bikin usaha]. Masa sih kami enggak bisa, kan kami berusaha," ucap Yanto optimistis.
Kelas-kelas kewirausahaan Sentra Efata Kupang, Selasa (27/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Bagi ratusan orang itu, Sentra Efata Kupang adalah harapan. Di tempat ini, ratusan orang dari 22 kabupaten dan kota di seluruh Nusa Tenggara Timur (NTT) berkumpul untuk belajar sekaligus mencari perlindungan; mulai dari penyandang disabilitas, lansia, hingga penyintas kanker.
ADVERTISEMENT
Kepala Sentra Efata Kupang, Tota Oceanna Zonneveld, menjelaskan, di tempat ini, semua penerima manfaat disebut dengan kata "residen". Semuanya datang berdasarkan persetujuan pribadi dan keluarga.
"Khusus anak yang berhadapan dengan hukum, itu memang mengikuti vonis dari kejaksaan, dari pengadilan. Kalau misalnya mereka vonisnya dibina selama dua tahun, mereka di sini dua tahun. Tapi ketika dalam prosesnya kita lihat mereka berkelakuan baik, itu bisa 2/3 saja dari masa pembinaan sudah bisa kita kembalikan," terang Tota di Kupang, Selasa (27/2).
Kelas-kelas kewirausahaan Sentra Efata Kupang, Selasa (27/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Jika ada penerima manfaat yang tak bisa datang ke Sentra pun, kata Tota, pihaknya akan tetap berusaha menyalurkan bantuan dan keperluan penerima manfaat dengan mendatangi rumahnya. Sedangkan bagi yang bisa hadir, Sentra memberikan fasilitas tempat tinggal dengan pendampingan pengasuh.
ADVERTISEMENT
Di tempat inilah kelompok-kelompok rentan akan dibina dan diberikan pelatihan agar bisa mandiri saat kembali ke masyarakat. Jenis pelatihan bisa dipilih tergantung kecocokan penerima manfaat.
"Tapi kami punya kewajiban mengevaluasi. Ketika dia tidak menunjukkan kemajuan yang cukup baik di perbengkelan, mungkin dia tidak cocok. Jadi kita arahkan untuk jenis kegiatan lain," jelas Tota.
Meski begitu, biasanya residen hanya akan mendapat pembinaan di sana selama tiga hingga tujuh bulan saja. Tak ada residen yang bisa tinggal selamanya di sana, jarang juga hanya beberapa hari.
"Kadang-kadang kan kalau cuma pelatihan tiga hari lalu pulang sudah lupa ya. Walaupun punya alat, nanti kasihan alatnya pun. Kadang-kadang kan mereka tidak selalu bisa berkelompok, terutama yang disabilitas," tutur Tota.
Kepala Sentra Efata Kupang Tota Oceanna Zonneveld saat dijumpai di Kupang, Selasa (27/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Namun Tota menjamin saat kembali ke masyarakat nanti, setidaknya para residen sudah punya kemampuan membaca, menulis, dan menghitung. Mereka juga sudah dibuatkan buku tabungan dan diajarkan cara mengelola keuangan secara mandiri.
ADVERTISEMENT
"Semua penerima manfaat itu kita modali, kecuali yang sakit. Kalau yang sakit, wong dia sakit, masa kita mau suruh [bikin usaha]. [Bentuk modalnya] barang ya, tidak boleh dalam bentuk uang," tegas Tota.
Saat ini Sentra Efata Kupang sedang menggelar pelatihan kewirausahaan pada 26 Februari hingga 3 Maret. Pelatihan ini tak cuma bisa diikuti oleh residen di Sentra Efata Kupang saja, melainkan peserta baru yang diajak oleh Dinas Sosial dari berbagai tempat di NTT.