Peran Sekolah SPK untuk Lingkungan Sosial
Misalnya, ACS Jakarta dan ACG School Jakarta. Kedua sekolah berstatus SPK ini menerapkan Cambridge International dan International Baccalaureate dalam proses belajar mengajar.
Tak hanya itu, sekolah berstatus SPK juga mempunyai beberapa program untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sosial. Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 31 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa sekolah SPK mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi.
Dalam wawancara bersama kumparan (27/7), Plt. Kepala Sekolah Dasar ACS Jakarta, Dian Rumanti mengatakan, ACS Jakarta memiliki program community service untuk memberikan kontribusi pada masyarakat.
"Kalau di SMA, community service jadi semacam project wajib yang harus para siswa ikuti. Jadi yang sudah pernah dilaksanakan, pergi ke Kupang, kemudian mereka selama seminggu tinggal di sana, membantu membenahi sekolah di sana. Mereka juga melakukan pengabdian masyarakatnya itu bikin program pendidikan juga buat anak-anak di daerah tersebut. Dalam menjalankan community service, tatap ada pendampingan dari para guru untuk memonitor kegiatan ini," jelas Dian.
Tak hanya itu, ACS Jakarta pun mengadakan program Dance for Charity setiap dua tahun sekali. Seluruh hasil penjualan tiket pertunjukan tari akan digunakan untuk membantu program community service.
"Kami pernah mengadakan Dance for Charity yang berkolaborasi dengan sekolah lain. Jadi sekolah tersebut memang punya ekstrakulikuler tari. Nanti mereka ikut latihan sama-sama dan akan perform sama-sama juga," ucap Dian.
Dian menambahkan, pihaknya akan mendukung kegiatan kolaborasi dengan sekolah-sekolah lain. Misalnya dengan kegiatan One Day Activities yang ada di sekolah dasar.
"Kami bekerja sama dengan sekolah di sekitar kami untuk mengadakan kegiatan bersama-sama. Yang sudah pernah kami lakukan misalnya ada salah satu sekolah yang datang untuk mengetahui bagaimana Bahasa Inggris diterapkan di sini, mereka juga melihat cara belajar siswa di ACS Jakarta dan pergi ke perpustakaan." ungkap Dian.
Ternyata, bukan hanya ACS Jakarta yang memiliki program community service. ACG School Jakarta pun menerapkan hal yang sama guna membentuk karakter peduli dalam diri siswa.
"Kami akan membantu para siswa untuk memiliki kepedulian sosial terhadap masyarakat. Kegiatan itu, misalnya mengatasi masalah sampah, mengajar Bahasa Inggris, atau mengembangkan suatu project yang dapat membantu masyarakat," ujar Kepala Sekolah ACG School Jakarta, Shawn Hutchinson, kepada kumparan, Kamis (30/7).
Beberapa waktu lalu, salah satu siswa ACG School Jakarta membuat 600 masker kain untuk orang dewasa dan anak-anak. Tak hanya itu, ia juga membuat lebih dari 100 face shield untuk para bayi. Bantuan tersebut diserahkan kepada beberapa rumah sakit di Jabodetabek dan Kabupaten Dompu, Sumbawa.
Terkait project masker kain yang dijalankan anak didiknya, Hutchinson mengaku bahwa ia jadi terinspirasi untuk lebih sering membantu masyarakat yang membutuhkan.
"Saya belajar bahwa kita harus membantu orang lain selagi kita bisa. Project pembuatan masker kain ini telah menginspirasi saya mengenai orang-orang yang kurang beruntung di Indonesia, seperti masyarakat di desa Dompu," kata Hutchinson.
ACG School Jakarta juga dengan senang hati memberikan kesempatan pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan. Bekerja sama dengan Yayasan Kampung Kids, sebuah organisasi lokal yang dibangun untuk menyediakan perawatan kesehatan dan pendidikan untuk masyarakat Indonesia yang kurang beruntung, ACG School Jakarta mengadakan penggalangan dana.
"Hubungan kami yang berkelanjutan dengan Kampung Kids memberi siswa kami kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan penggalangan dana untuk mendukung program beasiswa. Kami juga mengatur agar para siswa dari Kampung Kids untuk mengunjungi sekolah kami dan berinteraksi dengan siswa kami," jelas Hutchinson.
Hutchinson juga mengatakan, anak didiknya akan mengembangkan life skill yang dimiliki dan menunjukkan perhatian serta kasih sayang ketika bekerja dengan anak-anak muda yang kurang beruntung.