Perbandingan Banjir Ekstrem di Jakarta dari Era Sutiyoso hingga Anies Baswedan

20 Februari 2021 21:35 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengevakuasi warga menggunakan perahu karet saat banjir di Ciledug Indah, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (20/2).  Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengevakuasi warga menggunakan perahu karet saat banjir di Ciledug Indah, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (20/2). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI Jakarta menyajikan data perbandingan banjir di Jakarta dari tahun ke tahun. Data paling awal diambil pada tahun 2002, kala Jakarta masih dipimpin oleh Sutiyoso, dan data terakhir diambil hari ini, di masa kepemimpinan Anies Baswedan.
ADVERTISEMENT
Data dipaparkan pemprov melalui instagram resmi mereka @dkijakarta. Data diambil dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Dalam data yang disajikan dengan rentang waktu 19 tahun terakhir itu, banjir terparah terjadi pada bulan Februari 2007. Saat itu, ada 955 RW tergenang, 455 kilometer persegi area tergenang, dan 48 orang meninggal dunia.
Hal ini disebabkan juga oleh curah hujan yang cukup tinggi, kala itu ada 344 mm air turun per hari atau masuk kategori hujan ekstrem.
Sementara pada tahun ini, tanggal 20 Februari 2021 curah hujan berada di angka 226 mm/hari, masuk kategori hujan ekstrem. Terhitung ada 113 RW tergenang, 4 kilometer persegi area kebanjiran, dan tidak ada orang meninggal dunia. Pada tahun ini, sejak tahun 2017 area strategis juga tidak kebanjiran.
ADVERTISEMENT
Berbicara soal pengungsi, Pemprov DKI masih terus mendata jumlahnya. Sejauh ini terhitung ada 3.311 orang pengungsi, jumlah ini jauh lebih sedikit daripada tahun lalu yang mencapai 36.445 orang. Sementara jumlah pengungsi terbanyak dalam 19 tahun terakhir terjadi pada 2 Februari 2007, ada 276.333 orang mengungsi.
Karena jumlah yang sedikit, tahun ini terhitung baru ada 44 lokasi pengungsian yang tersebar di seluruh Jakarta.
Untuk data korban meninggal, terbanyak tercatat pada 2 Februari 2007 yakni 48 jiwa. Selanjutnya 17 Januari 2013 sebanyak 40 jiwa, 2 Februari 2002 ada 32 orang meninggal, 1 Januari 2020 tercatat 19 orang meninggal, dan 11 Februari 2015 ada 5 korban meninggal. Sementara untuk 20 Februari 2021, catatan masih nol untuk korban jiwa.
Foto udara banjir di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Sabtu (20/2). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Berbicara soal surutnya air, Pemprov masih terus mengupayakan penyedotan dan pemompaan air di beberapa kawasan yang terdampak parah. Sementara waktu surut paling lama terjadi pada 2 Februari 2007, kala itu membutuhkan waktu 10 hari untuk surut.
ADVERTISEMENT
Waktu surut paling cepat dicapai pada 1 Januari 2020, pemprov hanya membutuhkan waktu 4 hari saja untuk membersihkan genangan air. Sementara untuk tahun ini masih dalam penanganan.