Perbudakan ABK WNI di Kapal Long Xing 629

11 Mei 2020 7:57 WIB
comment
27
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) Long Xing 629 tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (8/5'). Foto: ANTARA FOTO/Hasnugara
zoom-in-whitePerbesar
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) Long Xing 629 tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (8/5'). Foto: ANTARA FOTO/Hasnugara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Derita ABK WNI yang bekerja di kapal penangkap ikan China Long Xing 629 akhirnya terungkap. Fasilitas seadanya dan jam kerja tak manusiawi memakan korban jiwa. Puncaknya ketika empat di ABK yang meninggal dunia lalu dilarung di lautan lepas. Sementara 14 ABK berhasil selamat pulang.
ADVERTISEMENT
Satu jenazah ABK WNI dari kapal China telah dipulangkan ke kampung halamannya. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan duka cita yang mendalam.
Dalam konferensi pers virtual pada Minggu (10/5), Retno mengatakan jenazah EP turut dipulangkan bersama dengan 14 ABK WNI lainnya dari kapal Long Xing 629 dari Korsel pada Jumat lalu. Siang tadi, jenazah telah diterbangkan ke kampung halamannya.
"Jenazah telah diterbangkan dari Jakarta pukul 12.42 menuju Kualanamu. Hari ini, 10 Mei, direncanakan jenazah akan dibawa ke rumah duka," kata Retno.
EP meninggal dunia di Busan, Korea Selatan. Sebelumnya dia mengeluhkan sesak napas dan batuk berdarah, sempat dirawat di rumah sakit Busan sebelum meninggal dunia. EP dinyatakan menderita pneumonia.
ADVERTISEMENT
Tiga ABK WNI lainnya dari kapal Long Xing 629 juga meninggal dunia, jenazah mereka dilarung di Samudera Pasifik.
Selama Bekerja Tak Digaji dan Jam Kerja yang Tak Manusiawi
Dalam konferensi pers virtual, Retno mengatakan telah bertemu langsung dengan para ABK kapal Long Xing 629 itu pada Minggu siang (10/5). Retno ingin mendapatkan informasi langsung soal apa yang mereka alami.
"Beberapa informasi yang diperoleh antara lain, pertama, ada permasalahan gaji," kata Retno.
"Sebagian dari mereka belum menerima gaji sama sekali, sebagian lainnya terima gaji tapi tidak sesuai dengan angka dalam kontrak yang mereka tanda tangani," lanjut Retno.
Ilustrasi kapal penangkap ikan. Foto: Pixabay
Retno tidak menyebutkan berapa gaji yang mereka terima. Namun dalam tayangan media Korea Selatan, mereka mengaku hanya menerima gaji USD 120 atau Rp 1,8 juta selama 13 bulan bekerja di kapal Long Xing 629.
ADVERTISEMENT
Hal kedua yang disampaikan para ABK kepada Retno Marsudi, adalah jam kerja yang kelewat batas. "Rata-rata mereka mengalami kerja lebih dari 18 jam per hari," kata Retno.
Diberi Makanan yang Tak Layak
DNT Lawyers, kuasa hukum WNI yang menjadi ABK di kapal nelayan berbendera China, Long Xing 629, menduga seluruh kliennya dieksploitasi selama bekerja di sana. Selain itu, mereka juga menduga seluruh WNI tersebut merupakan korban perdagangan orang.
Seluruh ABK diwajibkan bekerja selama 18 jam sehari. Itu pun, jika tangkapan sedang melimpah, mereka bisa bekerja terus menerus selama 48 jam tanpa istirahat.
"ABK Indonesia hanya diberikan air sulingan dari air laut yang masih sangat asin, sedangkan ABK Tiongkok minum air mineral dalam kemasan botol," kata DNT Lawyers dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/5).
Ilustrasi Kapal Penangkap Ikan. Foto: Getty Images
Padahal, menurut beberapa penelitian, terlalu banyak minum asin bisa menyebabkan hipertensi dan gangguan jantung. Para ABK Indonesia juga diberi makan umpan ikan yang menyebabkan mereka gatal-gatal dan keracunan.
ADVERTISEMENT
"ABK Indonesia diberi sayur-sayur dan daging ayam yang sudah ada di freezer sejak 13 bulan, sedangkan ABK Tiongkok selalu memakan dari bahan yang masih segar yang di-supply kapal lain dalam satu grup," lanjut keterangan DNT Lawyers.
Kapal China Diduga Berbohong
Pihak kapal China Long Xing 629 tetap melarung jasad ABK WNI padahal tak mendapat persetujuan dari ABK lainnya. Jika benar, maka tindakan ini adalah pelanggaran hukum dan kapal China telah berbohong dalam pernyataannya.
Hal ini disampaikan dalam pernyataan DNT Lawyers, Minggu (10/5), selaku kuasa hukum 14 ABK WNI dari kapal tersebut. Ada tiga WNI ABK Long Xing 692 yang meninggal dunia dan dilarung di Samudera Pasifik.
DNT Lawyer mengatakan, pelarungan tersebut tidak disetujui oleh para ABK, namun tetap dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Para ABK Indonesia telah meminta agar jenazah rekan mereka disimpan di tempat pendingin agar dapat dibawa pulang ke Indonesia. Namun kapten kapal menolak dan justru melarung jenazah tersebut ke tengah laut," ujar pernyataan DNT Lawyer.
Indonesia Kutuk Perlakuan Tak Manusiawi
Pemerintah Indonesia mengutuk perlakuan tak manusiawi terhadap para ABK WNI di kapal China. RI berkomitmen akan menyelesaikan kasus ini secara paralel baik di Indonesia maupun di China.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menggelar pertemuan dengan ke 14 ABK Indonesia. Foto: Dok. Istimewa
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual, Minggu (10/5).
"Kita mengutuk perlakuan tidak manusiawi yang dialami para ABK selama bekerja di kapal RRT (Republik Rakyat Tiongkok)," tegas Retno.
China Akan Selidiki Perusahaan Kapal
Kasus ABK WNI yang diduga diperbudak di kapal China tak hanya diselidiki oleh pemerintah Indonesia. China juga menyampaikan tengah menyelidiki kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan hal ini disampaikan Direktur Jenderal Asia Kementerian Luar Negeri China saat bertemu Duta Besar RI di Beijing Djauhari Oratmangun.
"Pada 9 Mei 2020, Dubes di Beijing telah melakukan pertemuan kembali dengan Dirjen Asia Kemlu RRT," kata Retno.
Retno mengatakan, dalam pertemuan itu China menyampaikan akan memberikan perhatian khusus atas kejadian yang menimpa para ABK.
"Pemerintah china menyampaikan bahwa mereka memberikan perhatian khusus atas kejadian ABK dan sedang melakukan investigasi terhadap perusahaan perikanan yang mempekerjakan ABK Indonesia," kata Retno.
*****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.