Perjuangan Idim, Mahasiswa IPB Ikuti Kuliah Online: Naik Bukit Agar Dapat Sinyal

8 April 2020 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas merapikan kursi di ruang kelas SMP 216 Jakarta Pusat, Senin (16/3) yang ditutup selama wabah corona. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Petugas merapikan kursi di ruang kelas SMP 216 Jakarta Pusat, Senin (16/3) yang ditutup selama wabah corona. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Sarana pendidikan dari tingkat dasar hingga universitas tutup sementara selama pandemi virus corona. Kegiatan belajar mengajar dan kuliah pun diganti secara online dari tempat tinggal masing-masing.
ADVERTISEMENT
Kisah perjuangan seorang mahasiswa IPB University untuk tetap mengikuti kuliah online ini patut diacungi jempol. Setiap hari, Idim Dimyati, mahasiswa dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, harus naik bukit di desanya.
Ritual ini Idim lakukan untuk mendapat sinyal internet agar dapat mengikuti perkuliahan online yang digelar dosennya.
Mahasiswa asal Desa Sindangwangi, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, Banten, ini harus pulang ke rumahnya karena kebijakan Partially Closed Down yang diterapkan IPB University terkait merebaknya wabah COVID-19.
Mahasiswa dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB University, Idim Dimyati. Foto: Dok. IPB
Anak pertama dari empat bersaudara ini harus pulang dan kembali kepada keluarganya di desa. Jarak dari desanya ke pusat kabupaten Lebak sekitar 50 kilometer.
“Di sini aman, nyaman, dan damai. Jauh dari ribuan informasi yang beredar tentang COVID-19. Ini (naik bukit) karena sinyal internetnya tidak ada,” ujar Idim sambil tertawa, seperti disampaikan dalam keterangan resmi IPB University, Rabu (8/4).
ADVERTISEMENT
Meski di desanya sulit mendapat akses internet, Idim harus memutar otak agar tetap bisa mengikuti kuliah online. Naik ke atas bukit adalah satu-satunya cara efektif mendapatkan sinyal.
“Desa saya dikelilingi tiga bukit, jadi saya sulit akses jaringan internet. Tapi hal itu tidak memutuskan semangat saya untuk bisa terus mencari informasi dalam perkuliahan. Agar bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, saya pergi ke bukit-bukit. Yang biasa saya kunjungi adalah bukit di sebelah barat perkampungan," ungkap Idim.
Ilustrasi Desa. Foto: Pixabay - @For_the_people
Sejak pukul 08.00 WIB, Idim sudah harus mendaki dan baru pulang menjelang sore, sekitar pukul 17.00 WIB. "Sebelum pergi biasanya saya melakukan berbagai persiapan mulai dari persiapan buku untuk bahan kuliah, bekal makan dan powerbank untuk charger smartphone,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain masalah internet, Idim juga harus waspada dengan kondisi cuaca di desanya. Ia pernah kehujanan hingga basah kuyup saat mengikuti kuliah online. Untungnya saat itu, ia tidak membawa terlalu banyak buku dan ada gubuk untuk berteduh. Ia juga pernah menghadapi kondisi badai dengan petir besar.
Infografik Menangkal Penyebaran Virus Corona. Foto: Argy Pradypta/kumparan
Meski demikian, kondisi tersebut tidak membuat Idim surut untuk menunaikan kewajiban sebagai mahasiswa. Idim tetap semangat menjalankan aktivitas perkuliahan secara online.
"Untuk naik ke bukit, saya harus menempuh perjalanan selama 30 menit dari rumah dengan berjalan kaki. Kuliah online ada hikmahnya buat saya. Saya jadi bisa banyak belajar langsung dari alam, banyak hal menarik yang saya alami,” imbuhnya.
Ilustrasi Internet. Foto: fancycrave1 via Pixabay
Awalnya Idim gundah dengan kebijakan kuliah online yang diterapkan IPB University. Idim merasa akan banyak tertinggal informasi karena semuanya diakses lewat internet. Namun seiring berjalannya waktu dan setelah berkonsultasi dengan dosen, semuanya berjalan baik.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah dosen memaklumi dan men-support semua kondisi mahasiswanya. Dosen juga mencoba menerapkan berbagai metode untuk memudahkan jalannya perkuliahan. Bahkan dosen meminta saya untuk mengirimkan alamat lengkap tempat tinggal saya untuk memberi bahan kuliah dan bahan tugas pada saya," jelas Idim.
Pihak IPB University juga telah mencoba membantu mengatasi masalah yang mahasiswa-mahasiswa seperti Idim.
"Alhamdulillah setelah beberapa hari kuliah berjalan pihak kampus juga membuat kebijakan memberikan bantuan biaya Rp 150 ribu per bulan untuk mahasiswa membeli paket data internet. Sejak saat itu saya tidak risau lagi akan kekurangan kuota data,” ujar penerima beasiswa Afirmasi Dikti 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) ini.
Ilustrasi kampus Intitut Pertanian Bogor. Foto: Instagram / @ipbofficial
Idim berharap pandemi virus corona segera berakhir dan aktivitas perkuliahan berjalan secara normal kembali. Idim sudah merindukan momen diskusi dan tatap muka langsung dengan dosen dan kawan-kawannya.
ADVERTISEMENT
Aktivitas Idim ini ternyata menjadi perhatian warga desa. Dukungan dari warga pun muncul. Salah satu seorang petani bernama Rois yang salut dengan semangat Idim menempuh pendidikan.
"Kamu harapan kami, manfaatkan kesempatan dengan baik dan terus berusaha,” imbuh Rois saat menghampiri Idim di gubuk di atas bukit.
----------------------------------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!