Pertempuran Berkecamuk, IAEA Minta Izin Luncurkan Misi ke Situs Nuklir Ukraina

12 Agustus 2022 10:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rekaman kamera pengintai menunjukkan pendaratan suar di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia selama penembakan di Enerhodar, Zaporizhia Oblast, Ukraina, Jumat (4/3/2022). Foto: Zaporizhzhya NPP via YouTube/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Rekaman kamera pengintai menunjukkan pendaratan suar di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia selama penembakan di Enerhodar, Zaporizhia Oblast, Ukraina, Jumat (4/3/2022). Foto: Zaporizhzhya NPP via YouTube/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memperingatkan akan krisis genting yang menghantui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di dekat Kota Enerhodar, Provinsi Zaporizhzhia, Ukraina pada Kamis (11/8).
ADVERTISEMENT
Pengawas nuklir itu menyinggungnya dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB (UNSC) di New York. Kepala IAEA, Rafael Grossi, meminta perizinan bagi badannya untuk segera meluncurkan misi ke Zaporizhzhia.
"Ini adalah masa yang serius, waktu yang genting," tegas Grossi, dikutip dari AFP, Jumat (12/8).
Wakil Menteri Luar Negeri untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional AS, Bonnie Jenkins, mendesak misi tersebut. Dia mengatakan, tindakan itu tidak bisa menunggu lebih lama.
Tetapi, Jenkins menggarisbawahi, mengamankan situs nuklir itu hanya dapat dicapai dengan penarikan penuh pasukan Rusia dari Ukraina.
"Ini akan memungkinkan Ukraina untuk memulihkan kinerja keselamatan, keamanan, dan perlindungan tanpa cela yang telah dijunjungnya selama berdekade-dekade di fasilitas itu," terang Jenkins.
Kondisi gedung administrasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang rusak, di Enerhodar, wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Jumat (4/3/2022). Foto: Handout via REUTERS
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, menepis pandangan semacam itu. Dia justru menyalahkan pasukan Ukraina atas rentetan serangan yang terjadi di sekitar PLTN Zaporizhzhia.
ADVERTISEMENT
"Kami menyerukan kepada negara-negara yang mendukung rezim Kiev untuk memeriksa perwakilan mereka demi mendorong mereka segera dan secara definitif menghentikan serangan terhadap PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan kondisi yang aman bagi pelaksanaan misi IAEA," jelas Nebenzya.
Para anggota dewan itu mungkin mendukung seruan IAEA. Tetapi, UNSC tidak mencapai konsensus atas pihak yang bertanggung jawab atas serangan maupun pihak yang akan memfasilitasi misi tersebut.
Selain misi perdamaian, Washington turut mendukung seruan pembentukan zona demiliterisasi (DMZ) di PLTN Zaporizhzhia. Energoatom telah memintanya sejak Senin (8/8).
Perusahaan energi nuklir Ukraina yang mengoperasikan situs itu terus mengulangi seruan akibat gempuran yang berkecamuk. Hingga kini, teknisi negara itu masih menjalankan PLTN Zaporizhzhia.
Tetapi, pasukan Rusia masih memegang kendali atas fasilitas nuklir tersebut. Pabrik era Soviet di Ukraina itu telah diduduki oleh pasukan Rusia pada awal Maret.
Anggota Korps Ukraina menembakkan rudal peluru dengan howitzer di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina (28/3/2022). Foto: Stanislav Yurchenko/Reuters
Ukraina kerap menuduh Rusia menempatkan ratusan tentara dan menyimpan senjata di sana. Situs nuklir terbesar di Eropa akhirnya tetap menjadi fokus pertempuran dalam beberapa hari terakhir.
ADVERTISEMENT
Pekan lalu, Ukraina dan Rusia saling bertukar tuduhan atas serangan di PLTN Zaporizhzhia. Eskalasi serupa kembali menjulang saat penembakan baru melanda di dekat fasilitas itu pada Kamis (11/8).
Kedua belah pihak melaporkan lima serangan roket di dekat tempat penyimpanan bahan radioaktif. Energoatom mengatakan, penembakan lainnya kemudian menyusul dari pasukan Rusia.
Serangan itu berlangsung di dekat salah satu dari enam reaktor pabrik. Alhasil, asap tampak membubung dari lokasi dan sejumlah sensor radiasi pun ditemukan rusak.
Laporan itu dibantah anggota senior administrasi sipil-militer yang ditempatkan Rusia di Provinsi Zaporizhzhia, Vladimir Rogov. Dia mengabarkan serangan dari pasukan Ukraina.
Sebuah mobil hancur bertanda huruf "V" terlihat di dekat struktur New Safe Confinement (NSC) di dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl, di Chernobyl, Ukraina, Sabtu (16/4/2022). Foto: Gleb Garanich/REUTERS
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menganggap Rusia melakukan 'pemerasan dengan nuklir'. Dia lantas mendesak masyarakat dunia membantu mengusir mereka dari PLTN Zaporizhzhia.
ADVERTISEMENT
"Hanya penarikan penuh pasukan Rusia yang akan menjamin keamanan nuklir untuk seluruh Eropa," terang Zelensky.
Zelensky memperingatkan, Rusia dapat menyebabkan tragedi yang lebih mengerikan daripada kecelakaan reaktor di Chernobyl. Dia merujuk kepada bencana nuklir terburuk dalam sejarah pada 1986.
Atas kekhawatiran itu, Zelensky menyerukan sanksi yang lebih kuat bagi Rusia. Dia meyakini, tindakan Rusia di negaranya adalah genosida terhadap rakyat Ukraina.
"Rusia telah mengubah stasiun nuklir menjadi medan perang," ujar Zelensky.
Chernobyl. Foto: Reuters/Gleb Garanich
Seiring Zelensky menggambarkan Rusia sebagai negara teroris, kecaman serupa datang dari Parlemen Latvia. Pihaknya mengadopsi resolusi yang menetapkan Rusia sebagai negara pendukung terorisme.
Latvia juga mendesak semua negara Uni Eropa (UE) untuk melarang pengeluaran visa turis bagi warga Rusia. Pihaknya berniat memperluas tindakan itu bagi sekutu Rusia, Belarusia.
ADVERTISEMENT
Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba, memuji keputusan tersebut. Dia mendesak negara-negara lain untuk mengikuti Latvia. Sementara itu, Kemlu Rusia memandangnya sebagai xenofobia.
Senat Amerika Serikat (AS) sempat menyetujui resolusi semacam itu 27 Juli. Pengesahannya tengah menunggu peninjauan dari Kemlu AS.
"Ini langkah yang tepat waktu," ungkap Kuleba.