news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pesan Megawati ke BMKG: Perbarui Peta Rawan Bencana dan Kerja Sama dengan Kampus

14 September 2020 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi arahan tertutup di penutupan Rakernas PDIP, Minggu (12/1/2020). Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi arahan tertutup di penutupan Rakernas PDIP, Minggu (12/1/2020). Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, diwakili Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan sambutan dalam acara Pembukaan Bersama Sekolah Lapang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tahun 2020
ADVERTISEMENT
Salah satu pesan yang disampaikan Megawati adalah meminta BMKG terus memperbaharui data peta rawan cuaca.
"BMKG agar terus memperbaharui dan memperbaiki distribusi peta rawan bencana serta informasi cuaca, khususnya untuk kepentingan petani, nelayan, maupun kepentingan mitigasi aspek mitigasi kebencanaan nasional," kata Hasto membacakan pesan Megawati secara virtual, Senin (14/9).
Hasto melanjutkan pesan Megawati bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi bencana yang begitu besar. Untuk tahun 2019 saja, ia menyebut terjadi sekitar 11.500 gempa dengan berbagai magnitudo, serta loncatan curah hujan ekstrem.
Megawati Soekarnoputri ketika memberikan pengarahan usai pengumuman calon kepala daerah di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Rabu (19/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bencana ini bisa dipicu berbagai hal, mulai dari kerusakan lingkungan masif hingga pembangunan yang tak memperhatikan keseimbangan alam.
"Proklamator RI Bung Karno pernah bertemu Pak Marhaen (petani pencetus ideologi Marhaenisme yang dikembangkan Presiden ke-1 RI Soekarno), yang menginspirasi bahwa kemerdekaan Indonesia harus menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia yang miskin, yang sebagian besar adalah petani dan nelayan," ungkap Hasto.
ADVERTISEMENT
"Ibu Megawati selalu mengingatkan soal pentingnya BMKG dan seluruh informasi yang diberikan. Bagaimana BMKG mampu memberikan informasi dengan aplikasi iptek yang dapat memberikan prakiraan cuaca secara dini, yang berkaitan dengan keberhasilan masa tanam, keselamatan nelayan, hingga edukasinya," lanjut dia.
Lebih lanjut, Megawati mengharapkan BMKG bisa memperbarui peta daerah rawan bencana. Mulai dari potensi bencana tanah longsor, prakiraan cuaca ekstrem, sehingga petani hingga nelayan dapat memperkirakan waktu yang aman untuk bekerja.
Sejumlah kapal nelayan tertambat di Teluk Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (4/9/2020). Foto: JOJON/ANTARA FOTO
"Dan kami harap BMKG bisa mengerjakan kerja sama penelitian cuaca bersama perguruan tinggi, sehingga penerapan teknologi modern untuk kepentingan petani nelayan dapat ditingkatkan," papar dia.
Sekolah Lapang BMKG dilaksanakan atas kerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP. Hasto berharap sekolah ini bisa menambah pengetahuan cuaca dan mengintegrasikannya dengan aspek kebencanaan.
ADVERTISEMENT
"Kami bergerak tanpa pernah membedakan suku, agama, status sosial. Yang tak pilih PDI Perjuangan pun, Baguna wajib hadir dan menolong. Maka itu kami berterima kasih dukungan BMKG karena selama ini kita bekerja sama dengan baik," tutur Hasto.

Komitmen BMKG Untuk Nelayan dan Petani

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat Pembukaan Bersama Sekolah Lapang BMKG. Foto: Dok. BMKG
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, terjadi tren peningkatan suhu udara secara signifikan di atas 1 derajat celsius. Data ini dikumpulkan sejak tahun 1900 berdasarkan suhu udara dan intensitas hujan.
Bahkan, di beberapa wilayah Indonesia, kenaikan sudah mencapai lebih dari 1,2 derajat celsius.
"Kalau melihat grafik, betapa lebih seringnya hujan ekstrem di 30 tahun terakhir yang mengancam kegiatan pertanian, pelayaran, dan keselamatan masyarakat," jelas Dwikorita.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, untuk data pemantauan gempa bumi, jika di 2017 dari rata-rata 4.000-5.000 gempa bumi per tahun, kemudian tahun 2017 menjadi lebih dari 7.000 kali dengan berbagai magnitudo. Bahkan di 2018 dan 2019, tercatat lebih dari 11 ribu kali.
"Melalui sekolah lapang BMKG, baik sekolah lapang iklim, cuaca nelayan, geofisika, maka kami berupaya berjuang keras agar para petani, nelayan, dan masyarakat umum mampu bertahan. Mampu selamat, beradaptasi dengan kondisi cuaca dan geofisika tersebut," tutup Dwikorita.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona