Pfizer-BioNTech Mulai Uji Klinis Vaksin COVID-19 untuk Varian Omicron

26 Januari 2022 6:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech.
 Foto: BioNTech SE 2020/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: BioNTech SE 2020/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pfizer Inc dan BioNTech SE telah memulai uji klinis untuk versi baru vaksin COVID-19 yang dirancang khusus untuk melawan varian Omicron pada Selasa (25/1). Ini diharapkan dapat mengantisipasi varian Omicron yang disebut bisa menghindari perlindungan vaksin dua dosis asli.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data sukarelawan di Amerika Serikat, Pfizer-BioNTech berencana untuk menguji respons imun yang dihasilkan oleh vaksin berbasis Omicron dengan beberapa skema. Di antaranya yakni sebagai vaksin tiga dosis pada orang yang belum divaksinasi dan sebagai suntikan booster untuk orang yang sudah disuntik dua dosis lengkap.
Perusahaan tersebut juga akan membandingkan vaksin orisinil dan vaksin varian Omicron sebagai vaksin dosis ke-4. Masing-masing akan disuntik kepada mereka yang menerima dosis ketiga vaksin Pfizer-BioNTech, tiga hingga enam bulan sebelumnya.
Pfizer-BioNTech merekrut lebih dari 1.400 relawan dan berencana mempelajari keamanan dan tolerabilitas suntikan dari uji coba ini.
"Penelitian sementara saat ini dan data dunia nyata menunjukkan bahwa booster terus memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit parah dan rawat inap dengan Omicron," kata kepala penelitian dan pengembangan vaksin Pfizer Kathrin Jansen dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
"Kami menyadari perlunya bersiap jika perlindungan ini berkurang seiring waktu dan (menyiapkan vaksin yang) berpotensi membantu mengatasi Omicron dan varian baru di masa depan," tambah dia.
Menurut BioNTech, bukan tak mungkin bahwa vaksin COVID-19 Pfizer yang bisa melawan varian Omicron itu diluncurkan pada Maret 2022. Meski, tentu ini bergantung pada jumlah data uji klinis yang diperlukan oleh regulator.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menerima vaksin dosis ketiga (Booster) menggunakan Pfizer di Gedung Putih, Washington, DC, Amerika Serikat. Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa regulator internasional menginginkan data dari studi klinis seperti yang dilakukan oleh Pfizer dan BioNTech sebelum persetujuan vaksin baru.
EMA mengatakan uji klinis ini harus menunjukkan bahwa vaksin baru menghasilkan lebih banyak antibodi penetralisir dalam darah daripada vaksin yang ada sekarang. Faktor bahwa vaksin baru melindungi terhadap varian baru akan menjadi perhatian.
ADVERTISEMENT
BioNTech menolak berkomentar tentang jenis data apa yang diminta untuk diajukan kepada regulator. Yang pasti, disebut bahwa analisis antibodi dari oleh booster Omicron akan membantu menjawab apakah vaksin yang menangani lebih dari satu varian bersamaan diperlukan. Pihaknya berharap dapat menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan vaksin baru bisa menetralkan spektrum varian.
Petugas kesehatan menyuntikan vaksinasi Pfizer. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sementara itu, Pfizer mengatakan bahwa dua dosis vaksin asli mungkin tidak cukup untuk melindungi terhadap infeksi dari Omicron, dan perlindungan terhadap rawat inap dan kematian mungkin berkurang. Tetapi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan dosis ketiga vaksin mRNA seperti vaksin Pfizer/BioNTech telah memberikan perlindungan 90 persen terhadap rawat inap karena COVID-19.
Adapun beberapa ilmuwan mempertanyakan apakah perubahan vaksin memang diperlukan saat ini. Vaksin yang ada dinilai masih cukup untuk melindungi masyarakat dari varian Omicron.
ADVERTISEMENT
"Tujuan dari vaksin ini adalah untuk melindungi dari penyakit serius. Sampai saat ini, vaksin ini melakukan itu, termasuk perlindungan terhadap Omicron,” kata Dr. Paul Offit, pakar penyakit menular di University of Pennsylvania.
Di sisi lain, ada pendapat berbeda dari Israel seiring gencarnya program vaksinasi booster di sejumlah negara. Penelitian terbaru dari Israel menunjukkan bahwa dosis keempat vaksin mRNA bahkan tidak cukup tinggi untuk mencegah infeksi Omicron, meski terbukti meningkatkan antibodi.