Pilu Petani Tambak di Aceh Merugi Akibat Banjir: Ikan-Udang Habis Terbawa Arus

5 Januari 2022 22:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi sentra produksi perikanan budidaya Kluster Blang Mangat yang terdampar banjir di Kemukiman Meuraksa dan Teungoh, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi sentra produksi perikanan budidaya Kluster Blang Mangat yang terdampar banjir di Kemukiman Meuraksa dan Teungoh, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Budidaya perikanan oleh Kluster Blang Mangat di Kemukiman Meuraksa dan Teungoh, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Aceh, gagal panen akibat terdampak banjir.
ADVERTISEMENT
Kluster Blang Mangat ini dikelola oleh Kelompok Tani (Koptan) Jak U Neuheun, yang berada di Kemukiman Meuraksa terdiri dari Gampong Teungoh dan Gampong Tunong.
Diketahui, Pemukiman Teungoh terdiri dari Gampong Ulee Blang Mane dan Gampong Meunasah Masjid Punteuet, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe memiliki luas tambak sekitar 70 hektar.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Lhokseumawe, Azhar, mengatakan kondisi tambak saat ini babak belur setelah dihantam banjir. Bahkan, seluruh perikanan budidaya lepas terbawa arus.
“Kerugian petani tambak sudah tidak terhitung lagi, betapa tidak selama ini petani menggeluti budidaya udang vaname, ikan nila dan ikan bandeng kualitas ekspor. Namun, akibat banjir budidaya yang tinggal panen habis terbawa arus padahal modal petani ada juga sebagian yang utang dengan pihak ketiga,” kata Azhar dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/1).
Lokasi sentra produksi perikanan budidaya Kluster Blang Mangat yang terdampar banjir di Kemukiman Meuraksa dan Teungoh, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Foto: Dok. Istimewa
Azhar mengaku, Koptan Jak U Neuheun tidak difasilitasi dengan asuransi nelayan sama sekali padahal pihaknya sudah pernah mengajukan kepada dinas terkait.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa kali disuruh mendata anggota kelompok, namun data yang sudah kita kirimkan ke pihak Dinas DKP Kota Lhokseumawe sejauh ini tidak tahu kelanjutannya,” ujarnya.
Azhar menjelaskan, petani tambak budidaya di Kecamatan Blang Mangat merupakan kawasan sentra utama penghasil perikanan budidaya di wilayah Lhokseumawe. Setiap kali panen, jika cuaca normal, mampu menghasilkan 5 hingga 10 ton udang vaname.
“Pengelolaan di sentra produksi kluster Blang Mangat dikelola secara tradisional dan tidak intensif, namun masih bisa menghasilkan sekitar 5 sampai dengan 10 ton per sekali panen udang vaname atau rata rata sekitar 200 sampai dengan 300 Kg per hektar tambak,” tuturnya.
Lokasi sentra produksi perikanan budidaya Kluster Blang Mangat yang terdampar banjir di Kemukiman Meuraksa dan Teungoh, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Foto: Dok. Istimewa
Sedangkan untuk ikan nila maupun bandeng, sebut Azhar, saat panen bisa menghasilkan 2 sampai 3. Namun, akibat banjir hanya tersisa sekitar ratusan kilogram saja.
ADVERTISEMENT
“Padahal para petani tambak yang berjumlah sekitar 40 orang itu, kebanyakan modalnya adalah utang, makanya pusing juga memikirkannya,” ungkapnya.
Karena itu Azhar berharap, agar petani tambak budidaya diasuransikan oleh pihak DKPP Kota Lhokseumawe sehingga jika sewaktu-waktu dilanda banjir para petambak bisa tertolong.
“Minimal utang untuk modal membeli bibit, obat-obatan dan perbaikan tambak bisa terbantu dari asuransi, sekarang kami bingung bagaimana caranya untuk mengembalikan pinjaman modal kepada pihak ketiga,” pungkasnya.