PKB Ingin Pimpin Poros di Pilpres, Buka Peluang Gandeng NasDem hingga Demokrat

25 Mei 2022 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jazilul Fawaid memberikan salam saat Sidang Paripurna MPR di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Jakarta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jazilul Fawaid memberikan salam saat Sidang Paripurna MPR di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Jakarta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
PKB membuka peluang membuat poros baru di Pilpres 2024 mendatang. Waketum PKB Jazilul Fawaid mengatakan sebagai partai tengah, pihaknya akan berkoalisi jika partai tengah lain seperti NasDem bersedia bergabung.
ADVERTISEMENT
"Sangat mungkin [buat poros 2024]. Sangat mungkin karena PKB partai tengah, artinya masih ada partai tengah lain misalkan NasDem setuju [gabung], jalan jadi," kata Jazilul di Gedung DPR, Senayan, Rabu (25/5).
Apalagi, Jazilul menuturkan, PKB melihat Pilpres 2024 sebagai momentum besar yang perlu diperhatikan. Sehingga, PKB ingin memimpin poros dan mencalonkan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai capres.
"Setiap partai atau PKB sebenarnya melihat momentum 2024 itu momentum baru, PKB ingin memimpin poroslah, jangan ikut terus, tetapi kita harus sadar diri, kecuali kita bergabung dengan PKS, PAN, PPP. Nah itu, kan, hampir satu rumpun, atau juga katakanlah Demokrat, jadi PKB ingin memimpin poros itu," tuturnya.
"Apalagi kalau PKB sudah jelas capresnya sudah ada Pak Muhaimin, jadi enggak usah repot-repot diukur dari situ. Misalkan Demokrat, Mas AHY dengan Pak Muhaimin, atau sebaliknya kalau kita ikuti naluri untuk membaca Pilpres 2024 secara baik," lanjut dia.
Cak Imin di kantor kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Terlebih, Jazilul menuturkan di level ketum partai, elektabilitas Cak Imin berada di papan atas bersama Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
ADVERTISEMENT
"Dalam konteks partai, kan, elektoral ketum yang paling tinggi, kan, cuma Pak Prabowo, baru setelah itu Pak AHY, baru itu Pak Muhaimin. Jadi kita ada di slot ketum-ketum partai yang sebenarnya secara elektoral mampu. Jadi bukan omong kosong apa yang disampaikan Pak Muhaimin itu," sebut Wakil Ketua MPR ini.
Lebih lanjut, ia mencontohkan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang bisa menjadi pemimpin Indonesia meski saat itu namanya tak masuk dalam bursa capres.
"Dan kita sudah sering punya pengalaman begitu, meskipun waktu itu belum pemilihan langsung, Gus Dur itu tidak ada dalam survei, Gus Dur itu akan jadi presiden," tandas Jazilul.