PKS: Bangun RI Bukan Cuma Bangun Tol dan Bandara, tapi Kualitas-Kapasitas SDM

20 Agustus 2021 17:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden PKS, Ahmad Syaikhu. Foto: PKS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden PKS, Ahmad Syaikhu. Foto: PKS
ADVERTISEMENT
Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyoroti pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia yang berjalan belum maksimal. Padahal, Indonesia menargetkan pada tahun 2045, atau saat menginjak usia 100 tahun, bisa menjadi negara maju dan salah satu kekuatan ekonomi dunia.
ADVERTISEMENT
Syaikhu menjelaskan, membangun Indonesia bukan hanya infrastruktur saja, tetapi turut mengembangkan manusianya.
"Tujuan sejati pembangunan nasional adalah membangun manusia Indonesia bukan sekadar membangun di wilayah Indonesia. Membangun Indonesia bukan sekadar membangun jalan tol, gedung, bandara dan pelabuhan. Pembangunan tidak bisa direduksi jadi pembangunan fisik infrastruktur semata. Justru yang utama adalah membangun kualitas dan kapasitas manusianya," ujar Syaikhu dalam pidato kebangsaannya di YouTube CSIS, Jumat (20/8).
"Pembangunan infrastruktur hanyalah menopang pembangunan SDM. Bukan berarti pembangunan infrastruktur tidak diperlukan, tidak. Tetapi beriring, sejalan dengan pembangunan SDM," imbuhnya.
Ia menekankan pemerintah harus mengubah paradigma pembangunan, dari yang semula berorientasi pada ekonomi menjadi pembangunan manusia. Ia yakin apabila kualitas dan kapasitas SDM bisa lebih maju, maka Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
ADVERTISEMENT
"Perekonomian Indonesia akan tumbuh lebih tinggi jika indonesia mampu menciptakan SDM-SDM unggul yang berdaya saing global," tuturnya.

PKS Ungkap Masalah Pembangunan SDM

Konferensi Pers Presiden PKS Ahmad Syaikhu terkait Palestina secara virtual. Foto: PKS
Namun, Syaikhu menyebut ada dua permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan sektor SDM. Dua masalah itu adalah kesehatan dan pendidikan.
Dari sektor kesehatan, ia menyoroti tingkat kematian ibu dan anak yang masih tinggi. Begitu juga tingkat stunting yang masih menjadi PR besar bagi pemerintah.
"Dampak stunting bagi pembangunan jangka panjang tentu saja besar. Secara ekonomi akan menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga 3 persen, dengan kerugian mencapai Rp 300 triliun. Pendapatan per kapita akan turun 22 persen, dan IQ anak turun jadi 11 poin. Anak-anak stunting dalam jangka panjang akan memiliki risiko meninggal 4 kali lipat lebih besar dari yang normal," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara dari sektor pendidikan, Syaikhu menyebut kebanyakan tenaga kerja di Indonesia merupakan lulusan sekolah dasar dan menengah.
"Menyikapi hal ini, perlu ada upaya reformasi kebijakan pendidikan secara integratif. Terlebih ketika kita menghadapi pandemi hasil penelitian menunjukkan dampak pandemi kepada kerugian pembelajaran diproyeksikan menurunkan kemampuan belajar dari 12 tahun menjadi 7 tahun. Ini sangat mendesak untuk dilakukan," ucap Syaikhu.
Ia pun meminta pemerintah segera melakukan upaya transformasi dari pendidikan konvensional menjadi hybrid, atau menggabungkan digital dan konvensional.
"Permasalahan pembangunan kualitas dan kapasitas SDM inilah yang sangat penting dan krusial untuk ditangani untuk menyongsong Indonesia 2045. Kalau tidak, maka generasi anak-anak kita akan jadi lost generation, yang hilang jika tidak ada intervensi kuat dari negara khususnya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT