PKS Bertemu Muhammadiyah, Diskusi soal Islam hingga Reformasi
ADVERTISEMENT
Sejumlah petinggi PKS mengunjungi kantor PP Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu (4/12). Mereka yang hadir di antaranya Presiden PKS Sohibul Imam, Wakil Ketua Majelis Syuro, Hidayat Nur Wahid, Sekjen Mustafa Kamal, Suratman Hidayat serta Kurniasih Mufidayanti.
ADVERTISEMENT
Rombongan PKS tiba di kantor PP Muhammadiyah sekitar pukul 19.00 WIB. Rombongan disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, beserta beberapa jajaran pengurus lainnya. Pertemuan berlangsung tertutup sekitar 1,5 jam.
Seusai pertemuan, Sohibul mengatakan, kunjungan kali ini untuk bersilaturahmi sekaligus menyerap pandangan Muhammadiyah terkait spirit keislaman sekaligus kebangsaan.
“Ini silaturahmi yang kesekian kali dan kami ingin terus dilanjutkan. Dan kedua, kami ingin menimba pengalaman dan juga masukan dari Muhammadiyah sebagai ormas yang sudah lebih dari satu abad, tentu Muhammadiyah kaya pengalaman,” ungkap Sohibul.
“Bagaimana PKS sebagai Islam mengintegrasikan tentang kebangsaan, dan disampaikan dalam konteks kebangsaan. PKS dan Muhammadiyah satu visi dan selesai dan sepakan dengan konsensus dasar negara kita,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Haedar menambahkan, pertemuan itu juga membahas perjuangan para pendiri bangsa di masa lalu. Menurut Haedar, spirit perjuangan itulah yang mesti diingat dalam membangun bangsa ke depan.
“Dalam konteks itulah kita bicara tentang bagaimana dulu para pejuang bangsa kita dan pendiri bangsa kita meletakkan fondasi agar Indonesia itu menjadi negara yang bersatu, menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur. Ini harus diejawantahkan dalam proses kehidupan kebangsaan,” tuturnya.
Haedar turut menyinggung reformasi yang menjadi pencapaian kehidupan berbangsa. Menurutnya, dengan reformasi, terciptalah demokrasi terbuka, maju, dan penuh keseimbangan.
“Kita sekarang tadi berdiskusi dalam konteks konsolidasi demokrasi itu jangan lupa semangat reformasi itu semangat membuat Indonesia menjadi negara di mana ada check and balances, ada proses aspirasi kekuatan civil society yang kuat gitu kan. Tetapi juga pada saat yang sama kita ingin ada pemerintahan yang good governance, ya, dan lain sebagainya,” ujar Haedar.
ADVERTISEMENT