news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PKS Dukung Pembentukan Tim Pencari Fakta Usut Tewasnya Pengawal Habib Rizieq

8 Desember 2020 10:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Insiden baku tembak antara anggota Polri dengan pengawal Habib Rizieq Syihab pada Senin (7/12) dini hari menuai sorotan. Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKS Bukhori Yusuf mengecem kejadian tersebut yang mengakibatkan 6 orang tewas. Menurutnya, seharusnya senjata aparat digunakan dengan hati-hati.
ADVERTISEMENT
"Saya mengutuk tindakan pembunuhan tersebut. Sejujurnya, saya sangat menyesalkan tindakan oknum yang sangat gegabah dalam melakukan penindakan tersebut sehingga mengakibatkan hilangnya 6 nyawa manusia sekaligus," kata Bukhori kepada wartawan, Selasa (8/12).
"Sebagai orang yang terlatih, semestinya penggunaan senjata oleh aparat adalah upaya terakhir yang dilakukan dalam rangka melindungi diri dan/atau orang lain dengan cara melumpuhkan, bukan mematikan," sambungnya.
Kondisi mobil yang digunakan polisi saat bentrok dengan pengawal Rizieq. Foto: Dok. Istimewa
Dia pun mengusulkan pemerintah segera membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang dipimpin Komnas HAM beserta sejumlah pihak independen yang kompeten dan netral dalam rangka mendukung proses penyelidikan. Dengan begitu, diharapkan bisa mengungkap kejadian sebenarnya.
Selain itu, pembentukan tim ini juga diharapkan memitigasi risiko terjadinya perselisihan di tengah masyarakat akibat beredarnya informasi yang simpang siur.
ADVERTISEMENT
“Kita perlu mengungkap dalang di balik semua ini dan meminta penegakan hukum terhadap pelaku dilakukan seadil-adilnya. Pahitnya, apabila hukum di dunia ternyata tidak mampu meringkus para pelaku, hukum akhiratlah yang kelak mengadili mereka dengan kadar yang jauh lebih berat," ujarnya.
Ketua DPP PKS itu juga berpandangan ada dugaan pelanggaran HAM serius yang telah dilakukan akibat arogansi oknum aparat. Selain itu, terdapat kejanggalan karena para korban saat itu sedang melakukan pengawalan HRS yang akan berdakwah keluar kota, bukan mobilisasi massa ke dalam kota untuk menghalangi penyidikan Polri terhadap HRS sebagaimana dirisaukan oleh aparat.
“Ini adalah tindakan teror terhadap pemuka agama untuk kesekian kalinya. Ironisnya, tindakan kali ini justru dimotori oleh oknum aparat hingga mengakibatkan terenggutnya nyawa orang lain yang tidak bersalah," katanya.
ADVERTISEMENT
"Semestinya pemerintah menjadi yang terdepan dalam melindungi setiap warga negaranya, sekalipun mereka berseberangan pikiran dengan pemerintah. Sejak awal saya telah memperingatkan pemerintah supaya mengutamakan komunikasi yang persuasif, bukan intimidatif. Lakukan pendekatan yang merangkul, bukan memukul dalam menghadapi pihak yang kritis,” tandas dia.