PM Belanda Sebut Demonstran Aksi Protes Lockdown ‘Idiot’

23 November 2021 5:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, hilang kesabaran akibat aksi protes lockdown yang berujung pada kerusuhan. Pada Senin (22/11), ia menyebut para demonstran “idiot."
ADVERTISEMENT
Lebih dari 100 orang ditangkap pada kerusuhan yang berlangsung selama tiga hari di beberapa kota di Belanda. Petugas kepolisian bahkan harus melepaskan tembakan pada Jumat (19/11) lalu.
“Ini adalah murni kerusuhan yang disamarkan sebagai aksi protes,” kata Rutte, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (22/11).
Aksi protes kali ini disebut sebagai salah satu yang terburuk di Belanda. Kerusuhan seperti ini juga terjadi pada Januari lalu, ketika pemerintah menerapkan kebijakan lockdown penuh untuk menekan penularan COVID-19.
“Memang banyak protes di masyarakat, karena kita sudah lama menghadapi kesedihan akibat corona ini. Tapi saya tidak akan pernah menerima orang-orang idiot melakukan kekerasan, hanya karena mereka merasa tidak bahagia,” tegasnya.
Para pengunjuk rasa terlihat selama demonstrasi menentang tindakan COVID-19 yang berubah menjadi kekerasan di Rotterdam, Belanda. Foto: REUTERS
Kerusuhan meletus di Kota Rotterdam pada Jumat malam. Puluhan pengunjuk rasa ditangkap pada Jumat dan Sabtu, karena demonstrasi tersebut berujung pada pembakaran benda-benda dan pelemparan bebatuan. Kemudian pada Minggu (21/11), sekitar 30 orang ditangkap.
ADVERTISEMENT
Pengunjuk rasa berpakaian hitam tampak melempari mobil-mobil polisi dengan batu. Bahkan, di Kota Den Haag, sebuah batu dilempar ke kaca ambulans yang hendak membawa seorang pasien ke rumah sakit.

Lockdown Parsial di Belanda

Pemerintah Belanda memutuskan untuk menerapkan lockdown parsial (sebagian) di Belanda mulai 13 November lalu. Sebab, kasus di Negeri Kincir Angin itu terus meningkat.
Pembatasan kegiatan tersebut berlangsung selama tiga pekan. Dengan pembatasan ini, supermarket dan toko-toko non-esensial diharuskan tutup lebih awal.
Orang-orang memprotes selama demonstrasi menentang tindakan terhadap COVID-19 di Amsterdam, Belanda, Sabtu (20/11). Foto: Eva Plevier/REUTERS
Kebijakan jarak sosial juga kembali diberlakukan. Tamu yang berkunjung ke rumah tidak boleh lebih dari empat orang. Kafe dan klub malam pun harus tutup pukul 8 malam.
Rutte juga meminta warganya untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan. Acara-acara olahraga tidak diizinkan untuk menerima penonton secara langsung di lokasi.
ADVERTISEMENT
Namun, sekolah, teater, dan bioskop masih diizinkan untuk buka. Aktivitas di tempat kerja, bar dan restoran dibatasi hanya untuk yang sudah divaksinasi atau yang telah sembuh dari COVID-19.
Dikutip dari data Worldometers.info, pada Senin (22/11) tercatat penambahan kasus COVID-19 sebanyak 23.002 orang. Sedangkan 29 pasien meninggal dunia. Penambahan kasus di Belanda dalam beberapa hari terakhir terus mencetak rekor tertinggi.
Orang-orang memprotes selama demonstrasi menentang tindakan terhadap COVID-19 di Amsterdam, Belanda, Sabtu (20/11). Foto: Eva Plevier/REUTERS
Lonjakan kasus ini menyebabkan rumah sakit di Belanda terpaksa mengurangi perawatan reguler dan berfokus pada kasus darurat COVID-19.
Menteri Kesehatan Belanda, Hugo de Jonge, menekankan negaranya sudah sangat jauh dari skenario terburuk, seperti RS akan kekurangan tempat tidur perawatan ICU.
“Namun, pemerintah akan mempertimbangkan menerapkan pembatasan lainnya, jika infeksi dan perawatan di rumah sakit terus meningkat,” tutup de Jonge.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, total kasus corona Belanda mencapai 2.465.288 infeksi dan 18.995 kematian.