PM dan Presiden Lebanon Diperingatkan soal Potensi Ledakan Dahsyat Sejak Juli

11 Agustus 2020 15:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelombang kejut terlihat saat terjadi ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Instagram @Karim Sokhn/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Gelombang kejut terlihat saat terjadi ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Instagram @Karim Sokhn/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Sejak Juli, pejabat keamanan sudah memperingatkan PM dan Presiden Lebanon bahwa amonium nitrat yang tersimpan di pelabuhan berpotensi meledak.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut terungkap dari dokumen yang dilihat oleh kantor berita Inggris, Reuters, dan konfirmasi sumber otoritas keamanan Lebanon.
Surat berisi laporan Dirjen Keamanan Negara tentang informasi potensi meledaknya amonium nitrat sudah dikirim ke Presiden Michel Aoun dan PM Hassan Diab pada 20 Juli 2020, kurang lebih dua pekan sebelum ledakan.
Kepulan asap dan kerusakan akibat ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Mohamed Azakir/REUTERS
Isi surat tersebut tidak dilihat oleh kantor berita Reuters. Namun, seorang pejabat keamanan mengatakan, surat tersebut berisi hasil laporan penyelidik mengenai bahan kimia berbahaya di pelabuhan harus segera diamankan.
"Bahan (amonium nitrat) berpotensi membahayakan, jika dicuri bisa digunakan teroris," ucap pejabat yang identitasnya dirahasiakan itu menjelaskan isi surat kepada PM dan Presiden.
Michel Aoun, Presiden Lebanon Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo
"Saya juga sudah peringatkan mereka bahwa jika ini meledak Beirut bisa hancur," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Istana Kepresidenan Lebanon tak menanggapi permintaan komentar terkait surat pada 20 Juli 2020.
Sementara itu, seorang perwakilan PM Diab mengakui bahwa mereka menerima surat pada 20 Juli 2020. Surat itu langsung dikirimkan lagi ke Dewan Pertahanan Nasional untuk meminta saran tindakan.
"Kabinet menerima file surat 14 hari sebelum ledakan dan akan menindaklanjutinya dalam hitungan hari. Pemerintahan sebelumnya punya waktu enam tahun tapi tidak melakukan apa-apa," kata perwakilan PM Diab.
Ribuan ton amonium nitrat sudah tersimpan di gudang Beirut sejak 2013. Tak ada langkah keamanan penting yang dilakukan terhadap zat berbahaya tersebut.
Pada Selasa (4/8) ribuan ton amonium nitrat itu meledak. Kota Beirut hancur lebur.
Per Selasa (11/8), sebanyak 163 orang tewas, 6.000 lebih lainnya terluka dan 6.000 gedung hancur.
ADVERTISEMENT
Sedangkan PM Diab mengundurkan diri dan membubarkan pemerintahannya pada Senin (10/8) seiring dengan maraknya aksi protes.