PM Jepang Perintahkan Penyelidikan Terhadap Gereja Unifikasi

18 Oktober 2022 2:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida berbicara setelah diumumkan sebagai pemenang pemilihan pimpinan Partai Demokrat Liberal di Tokyo, Jepang, Rabu (29/9). Foto: Carl Court/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida berbicara setelah diumumkan sebagai pemenang pemilihan pimpinan Partai Demokrat Liberal di Tokyo, Jepang, Rabu (29/9). Foto: Carl Court/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, memerintahkan penyelidikan terhadap Gereja Unifikasi pada Senin (18/10).
ADVERTISEMENT
Publik Jepang mulai menyoroti Gereja Unifikasi sejak pembunuhan mantan PM Jepang, Shinzo Abe, pada 8 Juli. Insiden tersebut mengungkap hubungan sekte agama asal Korea Selatan itu dengan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa di Jepang.
Penyelidikan itu berpotensi mencabut status Gereja Unifikasi sebagai organisasi keagamaan sehingga merampas haknya untuk tidak membayar pajak penghasilan atas sumbangan.
Meski begitu, Gereja Unifikasi masih akan mendapatkan izin untuk beroperasi di Jepang.
Kishida awalnya berhati-hati dalam mempertimbangkan penyelidikan terhadap Gereja Unifikasi. Sebab, tindakan semacam itu dapat melanggar kebebasan beragama. Namun, tuduhan keterkaitan Gereja Unifikasi dengan LDP telah membebani popularitas Kishida.
Mantan Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida. Foto: Philip Fong/Pool via REUTERS
Jajak pendapat Kyodo menunjukkan, dukungan publik untuk kabinetnya anjlok menjadi 35 persen sejak kematian Abe. Ini merupakan level terendah sejak Kishida menjabat pada 2021. Kishida lantas mengumumkan penyelidikan di Parlemen Jepang.
ADVERTISEMENT
Kishida menyerukan penyelidikan karena banyaknya korban gereja. Investigasi akan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang.
"Pemerintah telah menganggap serius fakta bahwa ada banyak korban serta keluarga miskin dan disfungsional, dan mereka belum diberikan bantuan yang memadai," terang Menteri Pendidikan Jepang, Keiko Nagaoka, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (18/10).
Potret mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe digantung di atas panggung saat upacara pemakaman kenegaraan di Nippon Budokan di Tokyo, Jepang, Selasa (27/9/2022). Foto: Franck Robichon/Pool via REUTERS
Abe ditembak mati saat sedang berkampanye di Kota Nara. Perdana menteri terlama di Jepang itu dikenal sebagai tokoh yang memecah belah. Sepanjang pemerintahannya, kritikus kerap menargetkan pandangan nasionalis dan sikap otoriter Abe.
Abe bahkan menyangkal kekejaman Kekaisaran Jepang, termasuk perbudakan seksual di negara pendudukan. Dia pun membantah Pembantaian Nanking. Pembunuhan dan pemerkosaan massal itu menyerang sekitar 40.000 hingga 300.000 warga sipil China.
ADVERTISEMENT
Kematian Abe kemudian mengungkap skandal lain dalam politik Jepang. Pembunuhnya, Tetsuya Yamagami, melakukan aksi tersebut lantaran dukungan Abe bagi Gereja Unifikasi. Dia meyakini, Abe adalah anggota dari gerakan keagamaan kontroversial itu.
Pengikut Gereja Unifikasi berkumpul dan menyatakan simpati mereka kepada mendiang pemimpin gereja Sun Myung Moon di gereja mereka di Tokyo pada tanggal 4 September 2012. Foto: AFP / Yoshikazu Tsuno
Pria berusia 41 tahun tersebut menyalahkan Gereja Unifikasi atas kehancuran finansial keluarganya. Ibu Yamagami adalah anggota sekte itu. Sebagai pengikut setia, dia telah menyumbangkan sekitar JPY 100 juta (Rp 10 miliar) bagi Gereja Unifikasi.
Kabar tersebut mendorong kerabat anggota gereja lainnya untuk menceritakan pengalaman serupa. Mereka mengatakan, Gereja Unifikasi memaksa para anggota memberikan sumbangan.
Media setempat lalu membongkar hubungan kelompok agama itu dengan partai konservatif yang berkuasa pula. Survei internal partai menemukan, hampir setengah dari 379 legislator LDP memiliki hubungan dengan Gereja Unifikasi.
ADVERTISEMENT
Mereka menghadiri acara-acara gereja hingga menerima dukungan dalam pemilu dari para sukarelawannya. Gereja Unifikasi mengklarifikasi, Abe bukanlah anggota mereka. Tetapi, Abe juga kerap diundang sebagai pembicara dalam acara yang diadakannya.
Sebuah keluarga pengikut Gereja Unifikasi berlutut di lantai untuk mengungkapkan simpati mereka menyusul hilangnya pemimpin gereja Sun Myung Moon di gereja mereka di Tokyo pada 4 September 2012. Foto: AFP / Yoshikazu Tsuno
Gereja Unifikasi didirikan pada 1954 oleh Pendeta asal Korsel, Sun Myung Moon. Setelah kematiannya, gereja itu dipimpin oleh istri Pendeta Moon, Hak Ja Han. Secara resmi, mereka dikenal sebagai Federasi Keluarga untuk Perdamaian dan Penyatuan Dunia.
Gereja Unifikasi menaungi sekitar 100.000 pengikut aktif yang disebut sebagai 'Moonies' di Jepang. Kelompok agama tersebut memperoleh ketenaran berkat pernikahan massal bagi para anggotanya. Para mantan pengikut menggambarkan mereka sebagai sekte.
Gereja Unifikasi membantah bersalah terkait kontroversi dengan Abe. Para juru kampanye organisasi itu bahkan mengadu kepada Komite Hak Asasi Manusia PBB pada September. Pihaknya mengeklaim telah menjadi korban 'intoleransi, diskriminasi, dan penganiayaan'.
ADVERTISEMENT
Gereja Unifikasi mengatakan, media dan pengacara setempat membingkai narasi yang menyalahkan mereka atas pembunuhan Abe. Pihaknya mengatakan, para anggota mereka lantas menghadapi serangan dan ancaman pembunuhan sejak saat itu.