Polemik TikTok di AS: Biden Minta Pembeli Non-China atau Ancam Blokir

25 April 2024 11:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali.  Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali. Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TikTok menyatakan akan melawan undang-undang baru Amerika Serikat yang memerintahkan aplikasi video ternama itu untuk melepaskan kepemilikannya dari China atau menghadapi blokir di AS.
ADVERTISEMENT
Undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden memberi TikTok waktu selama sembilan bulan untuk menemukan pembeli non-China atau terancam diblokir di AS. Gedung Putih dapat memperpanjang batas waktu maksimal 90 hari setelah 90 hari itu.
Selama periode ini, TikTok akan tetap beroperasi di AS. Saat ini jumlah penggunanya di AS telah mencapai 170 juta.
TikTok berencana untuk melawan undang-undang tersebut di pengadilan AS, dengan alasan bahwa hal itu melanggar hak kebebasan berpendapat.
"Jangan salah, ini adalah larangan. Larangan terhadap TikTok dan larangan terhadap anda dan suara anda," kata CEO TikTok, Shou Zi Chew, seperti dikutip AFP.
CEO TikTok TikTok Shou Zi Chew bereaksi selama sesi baginya untuk bersaksi di depan sidang Komite AS. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters
Pernyataan tersebut diunggah lewat TikTok sesaat setelah Presiden Joe Biden menandatangani Undang-Undang tersebut.
“Yakinlah, kami tidak akan ke mana-mana. Kami akan terus memperjuangkan hak-hak anda di pengadilan. Fakta dan konstitusi ada di pihak kami,” tegas Chew.
ADVERTISEMENT
Mereka yakin akan memenangkan putusan karena sebelumnya telah berhasil melawan upaya serupa yang dilakukan oleh Donald Trump pada 2020.
Menemukan pembeli TikTok bukanlah perkara mudah. Perusahaan teknologi besar seperti Meta atau Google kemungkinan besar akan dilarang karena masalah antimonopoli. Bahkan Microsoft, perusahaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, juga akan menghadapi kendala serupa.
Jika tidak ada pembeli yang tertarik, TikTok akan menghilang dari toko aplikasi Apple dan Android AS, serta tidak akan menerima pembaruan perangkat lunak dan perbaikan bug.
China berusaha keras mempertahankan TikTok, karena tidak ingin perusahaan China lainnya mengalami nasib serupa di masa depan. Perselisihan ini bahkan dibahas dalam panggilan telepon antara Presiden Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
ADVERTISEMENT
Meta dan Google adalah perusahaan yang paling diuntungkan jika AS berhasil menghentikan TikTok. Saat ini mereka telah meluncurkan produk serupa: Meta's Reels dan YouTube Shorts. Tanpa kehadiran TikTok, kedua alternatif ini dapat memperoleh tempat yang lebih kuat di pasar AS.