Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia

Polemik Vaksin Corona Rusia: Terobos Prosedur hingga Diragukan AS

13 Agustus 2020 6:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sejumlah negara di dunia terus berupaya mengembangkan vaksin corona. Rusia termasuk salah satu negara yang turut ambil andil dalam mengembangkan vaksin.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Rusia sudah memiliki vaksin corona yang diberi nama Sputnik V. Nama vaksin yang disetujui Presiden Vladimir Putin itu diambil dari nama satelit pertama di dunia milik Rusia yang diluncurkan ke luar angkasa.
Meski masih dalam tahap pengujian, Kepala Pengelolaan Dana Asing Rusia, Kirill Dmitriev, mengklaim Rusia telah menerima permintaan vaksin dari 20 lebih negara dengan jumlah total 1 miliar dosis vaksin.
Sementara Putin mengklaim, vaksin yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow tersebut aman untuk digunakan. Putin juga telah menguji coba vaksin tersebut terhadap putrinya.
Tetapi hingga saat ini Putin enggan mengungkap kepada putri yang mana vaksin itu diberikan. Putin diketahui memiliki dua orang putri yakni Maria yang lahir pada 1985 dan Katerina yang lahir pada 1986.
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
Persetujuan vaksin yang dilakukan oleh Putin dilakukan sebelum uji coba tahap III. Dalam uji coba tahap III, seharusnya melibatkan ribuan relawan.
ADVERTISEMENT
Namun sayang vaksin Sputnik V yang disebut Putin akan membantu tubuh dalam membentuk sel stabil dan kekebalan antibodi, justru menunjukkan hasil berbeda dari klaimnya.
Setelah disuntikkan ke tubuh putrinya, vaksin itu justru memicu kenaikan suhu tubuh yang tak biasa. Meski begitu, Putin meyakini itu merupakan efek sementara yang menunjukkan bahwa vaksin perlahan mulai bekerja dalam membantu tubuh untuk membentuk sel antibodi.
Hal itu terlihat dari kembali turunnya suhu tubuh sang putri pada penyuntikan hari kedua.
Diketahui setelah vaksin pertama disuntikkan, putrinya mengalami demam 38 derajat celsius. Namun suhunya menurun besoknya menjadi 37 derajat celsius.
"Saya tahu betul, putri saya sudah divaksin, jadi dalam hal ini, dia sudah ambil bagian dalam tes ini," kata Putin.
ADVERTISEMENT
"Kemudian, setelah suntikan kedua, dia sedikit demam lagi, dan kemudian semuanya baik-baik saja, dan merasa sehat karena memiliki jumlah antibodi yang tinggi," lanjut dia.
Anak Vladimir Putin, Maria Vorontsova. Foto: TV Doctor / YouTube
Langkah Rusia kali ini kemudian memancing respons dari berbagai kalangan dunia. Di saat semua negara masih menggelar uji coba berlapis terhadap kandidat vaksin corona. Rusia justru telah mengumumkan persetujuan atas penggunaan vaksin corona bernama Sputnik V yang belum melalui uji klinis terhadap masyarakat luas.
Fakta mencengangkan lainnya yakni uji klinis berskala besar Sputnik V justru baru akan digelar berbarengan dengan dimulainya vaksinasi corona terhadap rakyat Rusia di sedikitnya 10 wilayah negeri itu.
Sehingga berbagai kalangan berpendapat bahwa Rusia jelas telah menyalahi prosedur uji coba vaksin dengan menempatkan rakyatnya sendiri dalam risiko paling besar dalam proses pengujian.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut The New York Times setidaknya terdapat empat tahap uji coba kandidat vaksin yang harus dilalui, di antaranya uji praklinis dengan memberikan vaksin kepada binatang seperti tikus atau monyet untuk melihat respons imun yang dihasilkan. Lalu fase I yakni uji keselamatan, ketika ilmuwan memberikan vaksin kepada sejumlah kecil orang untuk menguji keamanan dan dosisnya.
Selanjutnya fase II yakni uji coba ke ratusan orang yang dibagi dalam beberapa kelompok seperti anak-anak dan orang tua. Hingga fase III yang merupakan tahap final, yakni pemberian vaksin kepada ribuan orang. Fase ini biasanya melibatkan upaya lintas negara dan akan menentukan apakah vaksin benar-benar efektif dapat melindungi masyarakat dari virus corona.
Vaksin Corona di Rusia. Foto: REUTERS

Amerika Serikat dan Para Ilmuwan Ragukan Vaksin Corona Buatan Rusia

Drama vaksin corona yang diklaim ampuh sembuhkan corona ini dibumbui pula oleh protes yang datang dari Amerika Serikat. Dia adalah Menkes AS Alex Azar yang mengatakan uji klinis tahap akhir untuk vaksin, wajib diberikan.
ADVERTISEMENT
Azar menegaskan, AS tidak akan terburu-terburu mengumumkan vaksin. Dia mengatakan, AS masih berada di jalur yang tepat untuk memperoleh vaksin yang dinilai cukup efektif yang nantinya akan diumumkan pada akhir tahun 2020. Saat ini AS memiliki enam vaksin yang sedang dikembangkan di bawah inisiatif Operation Warp Speed.
"Intinya bukan menjadi yang pertama, intinya adalah memiliki vaksin yang aman dan efektif untuk Amerika dan untuk rakyat dunia," kata Azar.
Sedangkan ahli penyakit menular AS, Anthony Fauci, bahkan menyebut dirinya belum mendengar bukti vaksin Rusia siap digunakan secara luas.
"Saya harap Rusia benar-benar membuktikan vaksin itu aman dan efektif, saya benar-benar meragukan itu," ucap Fauci yang kini bertugas sebagai anggota satgas virus corona AS.
ADVERTISEMENT
Tak hanya AS, keraguan serupa juga dialamatkan para ilmuwan terhadap Rusia dan vaksin yang mereka klaim ampuh tangkal corona. Salah satunya Ayfer Ali, spesialis obat-obatan di Britain’s Warwick Business School.
Ali mengatakan, persetujuan cepat yang dilakukan Rusia dapat memberikan efek buruk dari vaksin yang tidak terdeteksi sebelumnya. Mengingat Rusia juga belum melakukan uji coba dalam skala besar untuk melihat apakah vaksin tersebut dapat bekerja dengan aman atau tidak.
"Rusia pada dasarnya tengah melakukan eksperimen tingkat populasi besar," kata Ali.
Senada dengan Ali, Francois Balloux, seorang ahli di University College London’s Genetics Institute berpendapat, tindakan Putin dengan memberikan vaksin COVID-19 Sputnik V ke salah seorang putrinya adalah keputusan sembrono dan bodoh.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji coba secara tidak tepat adalah tindakan salah. Itu bisa menyebabkan bencana bagi kesehatan masyarakat.
Sehingga mayoritas ilmuwan sepakat bahwa sembrononya proses yang dilakukan Rusia, justru dapat menghadirkan dampak negatif dari penggunaan vaksin milik Rusia itu. Padahal hingga saat ini belum diketahui apakah vaksin itu aman atau justru akan memperburuk masalah pandemi yang sebelumnya telah ada.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten