Polisi Tangkap 50 Orang Terkait Kerusuhan di Portland, AS

7 September 2020 3:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi membubarkan pengunjuk rasa di Portland, Oregon, Amerika Serikat. Foto: Carlos Barria/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Polisi membubarkan pengunjuk rasa di Portland, Oregon, Amerika Serikat. Foto: Carlos Barria/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kerusuhan terjadi di Protland, Amerika Serikat, Sabtu (5/9) malam. Buntut dari kerusuhan itu, sebanyak 50 orang ditangkap polisi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Senin (7/9), diperkirkan ada sekitar 400 massa yang terlibat dalam bentrokan itu. Mereka semua menentang polisi dan menentang aksi rasialisme.
Sebelum melakukan penangkapan terhadap 50 demonstran, situasi di sana tidak kondusif karena massa melempari polisi menggunakan batu hingga molotov.
Polisi yang terdesak kemudian menembakkan gas air mata kepada para demonstran.
"Peristiwa yang kacau dan penuh kekerasan di Jalan Strak," tulis pernyataan Kepolisian Portland.
Seorang jurnalis foto bereaksi ketika polisi anti huru hara membubarkan pengunjuk rasa di Portland, Oregon, Amerika Serikat. Foto: Carlos Barria/REUTERS
Akibat lemparan molotov itu, salah satu warga terbakar hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Selain itu, seorang polisi berpangkat sersan juga terluka dibagian tangan akibat diserang menggunakan kembang api oleh massa.
"Kembang api dilemparkan ke petugas, melukai setidaknya satu anggota," ucap Kepolisian Portland.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, satu orang tewas tertembak dalam kerusuhan di Portland, Amerika Serikat. Suara tembakan terdengar di Southeast 3rd Avenue dan Southwest Alder Street.
New York Times dan surat kabar Oregonion dalam laporannya menyebut, saat kerusuhan terdapat sejumlah besar massa pendukung Presiden Donald Trump di pusat kota Portland.
Massa tersebut didatangi oleh sekelompok kecil orang. Peristiwa itu memicu pertengkaran dan bunyi tembakan.
Diduga sebelum tembakan terdengar, kelompok pendukung Trump dan perwakilan massa lainnya terlibat adu argumen.
Hampir tiga bulan sejak kematian pria kulit hitam George Floyd, ketegangan antar kelompok hampir setiap hari terjadi di Portland. Floyd merupakan pria kulit hitam yang dibunuh polisi kulit putih.