Polisi Tangkap Pemilik dan Manajer yang Pabriknya Terbakar di India

10 Desember 2019 1:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menangis menunggu kerabatnya yang menjadi korban kebakaran pabrik di New Delhi, India. Foto: REUTERS/Adnan Abidi
zoom-in-whitePerbesar
Warga menangis menunggu kerabatnya yang menjadi korban kebakaran pabrik di New Delhi, India. Foto: REUTERS/Adnan Abidi
ADVERTISEMENT
Polisi menangkap manajer dan pemilik yang pabriknya terbakar di kota New Delhi, India. Tercatat ada 43 orang yang tewas akibat kebakaran ini --lima orang meninggal karena luka bakar, dan sisanya karena sesak nafas.
ADVERTISEMENT
Seluruh korban merupakan pegawai yang tengah tertidur dan hanya 50 pekerja yang berhasil diselamatkan.
"Kami telah menangkap pemilik dan manajer yang pabriknya terbakar. Penyelidikan dimulai dan akan segera selesai," kata juru bicara kepolisian New Delhi, Mandeep Singh Randhawa, dilansir Reuters, Selasa (10/12).
Pabrik tersebut terbakar pada Minggu (8/12) lalu. Otoritas setempat menyatakan kebakaran pabrik yang memproduksi tas sekolah, mainan, dan alat-alat tulis itu sebagai kebakaran paling mematikan di India dalam 20 tahun terakhir.
Kebanyakan pegawai di pabrik tersebut adalah masyarakat kecil atau pekerja migran yang terpaksa tidur di pabrik untuk menghemat biaya sewa rumah. Sebagian besar pekerja juga memasak makanan mereka sendiri di sana.
Petuga pemadam kebakaran bersipa memadamkan kebakaran pabrik di New Delhi, India. Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Diberitakan AFP, insiden kebakaran pabrik ini disesalkan berbagai pihak. Pasalnya, upaya penindakan yang dilakukan pemerintah sipil dalam menegakkan aturan bangunan pabrik dan prosedur keselamatan kebakaran telah gagal.
ADVERTISEMENT
Rendahnya upah yang diterima kebanyakan pekerja di India juga membuat mereka tak mampu menyewa rumah. Akibatnya, mereka terpaksa tidur di pabrik dan membuat mereka semakin rentan terhadap risiko kecelakaan industri.
Direktur Eksekutif Pusat Amal untuk Manajemen Pekerja, Dithhi Bhattacharya, menyalahkan pemerintah yang gagal menindak pabrik maupun toko ilegal, yang mempekerjakan orang-orang seperti budak.
"Mereka adalah pekerja migran yang secara teratur didorong ke kondisi kerja yang paling berbahaya dan tidak manusiawi," kata Dithhi.
Sampai saat ini, penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan. Proses pemadaman dan evakuasi korban sempat terhambat karena akses jalan yang sempit dan sulit mencari korban di bangunan yang terbakar.