Politikus NasDem: Hasto Kalau Benci Anies Jangan Mendarah Daging

21 Maret 2023 17:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya usai pertemuan tim kecil NasDem, Demokrat dan PKS di Pendopo Anies Baswedan, Jakarta, Jumat (27/1).  Foto: Zamachsyari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya usai pertemuan tim kecil NasDem, Demokrat dan PKS di Pendopo Anies Baswedan, Jakarta, Jumat (27/1). Foto: Zamachsyari/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua DPP NasDem Willy Aditya menanggapi pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada Anies Baswedan. Willy menghormati pernyataan Hasto terhadap Anies. Namun, ia memberikan beberapa catatan.
ADVERTISEMENT
"Pendapat Hasto tetap kita hormati. Bagaimana pun kalau benci tetap benci," kata Willy kepada wartawan di Gedung DPR, Selasa (21/3).
"Pesan saya ke Hasto kalau benci ke orang, tidak boleh mendarah daging. Jangan-jangan Anies yang membawa pikiran Bung Karno menjadi lebih realistis," tambah dia.
Bacapres dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan hadir di acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh Kahmi Jaya, di Walking Drums Ancol, Jakarta, Kamis (16/3). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Willy menambahkan, sebaiknya seluruh politikus membawa suasana adem jelang 2024. Ia menekankan jika politik bersifat dinamis sehingga segala sesuatu masih bisa terjadi.
"Dan jangan pernah pernah benci berlebihan. Karena memiliki calon adalah suatu hal yang dinamis," ucap Willy.
"Dalam politik itu perbedaan adalah yang dinamis. Kenapa kita harus menebar politik kebencian? Siapa yang mengigit cabai, maka dia yang kepedasan," tutur dia.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan sambutan saat pelantikan Hendrar Prihadi menjadi Ketua Umum Taruna Merah Putih di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Jakarta Selatan, Senin (20/3). Foto: DPP PDIP
Sebelumnya, Hasto Kristiyanto menanggapi safari politik Anies Baswedan ke Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat (17/3). Dalam kunjungannya Anies sempat menyinggung soal Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, momen Pemilu merupakan kesempatan untuk melihat kembali titik awal perjalanan sebagai negara. Menanggapi itu, Hasto mengatakan silakan saja Anies jika memiliki perspektif seperti itu.
"Ya kalau itu kan dari Pak Anies, yang mengubah Pak Anies, yang menjelaskan Pak Anies, jadi tolong tanya ke Pak Anies," kata Hasto saat menyampaikan sambutan di acara pelantikan Hendrar Prihadi atau Hendi dan Rio Dondokambey sebagai Ketum serta Sekjen DPP Taruna Merah Putih (TMP) di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Selasa (20/3).
Namun, terlepas dari itu, Hasto mengatakan kunjungan Anies Baswedan ke Surabaya bakal membuka matanya.
Bacapres Anies Baswedan saat menghadiri acara "Simfoni Kebangsaan" di Dyandra Convention Center Surabaya pada Jumat (17/3/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Ia menyebut, Anies bisa tersadar pembangunan di Surabaya selama enam tahun terakhir yang menurutnya jauh lebih maju dibandingkan Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Dalam persepsi positif, saya tegaskan kehadiran Pak Anies di Surabaya menyadarkan mata beliau (Anies), Surabaya dalam enam tahun terakhir, ternyata kepemimpinannya jauh lebih maju dari Jakarta," kata Hasto.
Menurut Hasto, Surabaya memang menjelma menjadi kota indah dengan sungai bersih dan infrastruktur yang baik.
"Sungai-sungai bersih, stunting turun dan jauh lebih baik, infrastrukturnya baik, penanganan orang miskinnya baik, warganya juga nampak jauh lebih bahagia," ujar pria berkacamata itu.
Lebih jauh, Hasto mengatakan efek Jakarta yang tertinggal dari Surabaya karena Anies tidak mau melanjutkan kesinambungan pembangunan.
Sebab, Anies saat menjadi Gubernur DKI Jakarta tidak melanjutkan program pendahulu seperti Joko Widodo (Jokowi), Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dan Djarot Syaiful Hidayat.
"Coba kalau beliau (Anies, red) jalankan kesinambungan dengan Pak Jokowi, Pak Ahok, Pak Djarot, pasti hasilnya juga baik, tetapi ketika mendudukkan diri sebagai antitesa terhadap hal yang baik, kita lihat apa hasilnya,” kata Hasto.
ADVERTISEMENT