Politisasi Agama di Pilpres 2019 Sudah Masuk Fase Menggelikan

31 Desember 2018 16:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dedi Mulyadi, Ketua Tim Pemenangan Jokowi Ma'ruf di Jawa Barat. (Foto: Dok. Dedi Mulyadi)
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Mulyadi, Ketua Tim Pemenangan Jokowi Ma'ruf di Jawa Barat. (Foto: Dok. Dedi Mulyadi)
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyerukan penghentian politisasi agama. Menurut dia, narasi tata cara beragama yang menghiasi Pilpres 2019 kali ini sudah memasuki fase menggelikan.
ADVERTISEMENT
“Publik membicarakan pemimpin jadi imam salat, kemudian tata cara wudu dan baca Al-Quran. Ini kan lucu gitu loh. Kalau ini diteruskan, maka bangsa ini akan menjadi olok-olok bangsa lain,” kata Dedi mengawali paparan di kantornya, Jalan Raya Bungursari, Tajug Gede Cilodong, Purwakarta, Senin (31/12/2018).
Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu menegaskan, narasi keagamaan baru terlontar di Pilpres 2019. Sejarah membuktikan, narasi tersebut tidak pernah ada dalam catatan Kepresidenan Republik Indonesia.
“Misal begini, saat salah satu kandidat menyatakan tidak sanggup menjalani tes baca Al-Quran, publik tertawa. Saya kira narasi ini harus segera dihentikan. Ke depan, akan berakibat kontraproduktif terhadap sejarah kebangsaan di Indonesia,” ujarnya.
Awalnya, seluruh wacana praktik keagamaan Calon Presiden 2019 ini tidak pernah ada. Wacana ini muncul seiring dengan ketidakpercayaan publik terhadap kadar keagamaan seorang Capres 2019.
Dedi Mulyadi, Ketua Tim Pemenangan Jokowi Ma'ruf di Jawa Barat. (Foto: Dok. Dedi Mulyadi)
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Mulyadi, Ketua Tim Pemenangan Jokowi Ma'ruf di Jawa Barat. (Foto: Dok. Dedi Mulyadi)
“Kalau narasi soal ketidakpercayaan ini tidak digulirkan, saya kira tidak akan ada pembicaraan soal praktik keagamaan. Gini deh, masa sih kepemimpinan nasional terlalu mengurusi orang wudu, ngaji, dan salat?" katanya.
ADVERTISEMENT
Fokus Visi, Misi dan Kinerja
Dedi mengimbau kepada seluruh stakeholder yang terlibat dalam Pilpres 2019 untuk mengalihkan isu ini menuju isu lain. Dia menilai pembahasan tentang visi, misi dan kinerja para calon presiden jauh lebih baik dan mencerdaskan.
"Ya, fokus saja pada pembahasan visi dan misi para capres. Kemudian, lihat juga kinerja masing-masing personal capres dan cawapres untuk bangsa ini. Itu lebih produktif dan mencerdaskan dibanding membicarakan praktik keagamaan,” katanya.