Polri: 392 Teroris Ditangkap Selama 2021, Sebarkan Paham Lewat Webinar-Hoaks

26 Januari 2022 11:08 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Personel Densus 88 Anti Teror membawa terduga teroris menuju ke pesawat udara di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (18/3/2021). Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Personel Densus 88 Anti Teror membawa terduga teroris menuju ke pesawat udara di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (18/3/2021). Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polri mengungkap hasil penindakan terorisme selama tahun 2021 di berbagai wilayah. Total sebanyak 392 orang pelaku terorisme diamankan.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Polri Brigjen Umar Effendi dalam Halaqah Kebangsaan I Majelis Ulama Indonesia (MUI), Rabu (26/1).
“Polri mengamankan 392 orang terduga teroris yang terlibat 26 kasus tindak pidana ekstremis dan terorisme di berbagai wilayah Indonesia,” kata Umar dalam tayangan Youtube MUI.
Personel kepolisian bersenjata dan prajurit TNI berjaga saat tim Densus 88 Antiteror melakukan penggeledahan di bekas markas Front Pembela Islam (FPI), Petamburan, Jakarta, Selasa (27/4). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Umar menuturkan, dari 392 orang yang diamankan terbanyak berasal dari Jawa Timur yakni 35 orang. Sedangkan di DKI Jakarta 21 orang.
“Wilayah paling banyak 2021 Sulawesi Selatan lebih 30, Jawa Timur 35, Sumut 33, DKI 21, Jawa Tengah 19, dan Lampung 17 orang. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi lahan subur paham radikalisme dan ekstremisme,” rinci Umar.
Tim Densus 88 Mabes Polri berjaga saat penggeledahan barang bukti milik terduga pelaku teroris, di sebuah kios aksesoris ponsel, Jalan KH Mochtar Tabrani, Bekasi. Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Menurut Umar, penyebaran paham terorisme menggunakan metode pendekatan lewat media sosial, hingga diskusi tatap muka secara terbatas.
ADVERTISEMENT
“Metode paling banyak menyebarkan paham lewat media elektronik, webinar, hoaks, blasting, dan mengangkat kegagalan isu program pemerintah. Kemudian metode diskusi langsung secara tatap muka,” tandasnya.