Polri: Secara Garis Besar Hate Speech Diproduksi Wirausahawan Politik

4 Februari 2019 12:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brigjen Pol Krishna Murti Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Brigjen Pol Krishna Murti Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Biro Misi International Divisi Hubungan Internasional (Karo Misinter Divhubinter) Polri, Brigjen Krishna Murti, memandang serius soal perkembangan dunia siber di Indonesia. Menurutnya, perkembangan siber bisa menjadi bencana jika tidak dipantau dengan baik. Dari data yang ia paparkan, terdapat 120 juta pengguna internet aktif di Indonesia saat ini. Merujuk situs layanan manajemen konten HootSuite, Krishna menuturkan, pengguna media sosial kini meningkat 20 persen.
ADVERTISEMENT
"Nah, dari fenomena perkembangan teknologi dan angka yang saya paparkan, ada potensi ancaman dari kelemahan bangsa ini. Indonesia menempati posisi 60 dari 61 negara yang disurvei dari minat literasi," ujar Krishna saat pemaparan 'Deklarasi Milenial Anti Hoax' di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (4/2). Kemampuan literasi yang rendah dianggap akan lebih mudah termakan berita bohong atau hoaks. Penggunaan gadget yang begitu tinggi --tanpa diiringi ilmu pengetahuan-- dinilai berpotensi membuat seseorang terserang hoaks.
"Sehingga kecepatan jempol lebih cepat dari pemikiran," tuturnya. "Hoaks muncul karena masyarakat suka yang heboh. Ada situs, web, atau pesan singkat yang di-web-kan, kenapa sekarang orang mudah terkena hoaks," imbuh dia. Krishna lalu menyinggung soal pihak-pihak tertentu yang sengaja menggunakan teknologi sebagai alat politik, atau mereka-mereka yang sengaja menggiring opini bermuatan hate speech. Dia lalu meminta masyarakat tak secara mentah-mentah menerima informasi.
ADVERTISEMENT
"Secara garis besar ujaran kebencian diproduksi oleh wirausahawan politik, jadi kalau baca Twitter dan lain-lain apakah itu beredar hal-hal aneh. Pertanyaannya, apakah itu termasuk diketik oleh orang? Apakah itu masuk kategori hate speech dan lain-lain, siapa yang produksi? Ada yang produksi.
"Contoh, 'Dildo' (Nurhadi-Aldo, capres fiktif nomor 10) ini ada yang produksi, dua orang," tutur Krishna.
"Teknik politik pertikaiannya secara politik memainkan hasutan dan keterhasutan, hinaan dan ketersinggungan secara strategis," tutupnya.