Potret Kegiatan Para Santri Usia SMP-SMA di Pondok IBBAS Kairo

26 Agustus 2020 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pembelajaran santri Pondok IBBAS Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembelajaran santri Pondok IBBAS Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para santri asal Indonesia yang tengah mengenyam pendidikan di Pondok IBBAS (Ibnu Abbas) Kairo, Mesir, saat ini tengah tersandung masalah. Sebab, keberangkatan mereka diduga tidak resmi dan visa yang pakai mereka bukan visa pelajar sebagaimana seharusnya.
ADVERTISEMENT
Para santri Pondok IBBAS Kairo diberangkatkan oleh Yayasan Pondok IBBAS di Serang, Banten. Berdasarkan keterangan dari Kementerian Luar Negeri, Pondok IBBAS sudah memberangkatkan sejumlah santri mulai dari tingkat SMP hingga SMA ke Mesir sejak 2018.
kumparan mendapatkan beberapa foto kegiatan para santri Pondok IBBAS di Kairo. Foto tersebut didapat dari seorang sumber di Mesir.
Seluruh foto itu diambil pada tahun 2020 sebelum pandemi COVID-19 meluas atau tepatnya sekitar bulan Februari. Dari foto yang dibagikan itu, terlihat adanya santri yang masih belia. Bahkan beberapa di antaranya masih berusia di bawah umur.
Kegiatan santri Pondok IBBAS di Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
Seperti foto ini di mana para santri Pondok IBBAS Kairo sedang melakukan rihlah (perjalanan) ke Universitas Al Azhar. Nampak para santri yang ikut dalam kegiatan itu cukup antusias.
ADVERTISEMENT
Mantan santri itu menjelaskan, foto itu diambil di sekitar area mesjid baru Al Azhar. Pria yang ada di sudut kiri menggunakan peci putih dan pakaian gamis hitam merupakan guru pendamping mereka yang merupakan warga Mesir.
Hanya saja, tidak semua santri Pondok IBBAS Kairo ikut dalam rihlah ke Al Azhar karena kegiatan itu tidak bersifat wajib.
Kegiatan santri Pondok IBBAS di Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
Dalam foto ini, terlihat bagaimana suasana saat para santri Pondok IBBAS Kairo belajar tajwid bersama guru mereka yang dari Mesir. Seorang mantan santri Pondok IBBAS yang meminta identitasnya dirahasiakan menuturkan, foto ini juga diambil awal tahun 2020. Sedangkan kegiatan belajar itu digelar di apartemen mereka yang ada di kawasan elite Kairo.
Telihat para santri tidak menggunakan seragam resmi para pelajar. Dia menjelaskan, Pondok IBBAS memang tidak memiliki seragam resmi. Selama belajar, seluruh santri yang ada di sana menggunakan pakaian bebas formal rapi dan menutup aurat.
ADVERTISEMENT
"Enggak ada seragam resmi, jadi pakaian bebas pantas," ucap dia.
Kegiatan santri Pondok IBBAS di Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
Sementara foto ini merupakan kegiatan saat kunjungan salah satu Syekh di Mesir ke apartemen Pondok IBBAS Kairo. Sayangnya, ia lupa kunjungan Syekh itu dalam rangka apa.
Hanya saja ia mengatakan bahwa syekh yang datang itu merupakan guru yang membantu para santri untuk mengaji.
Kegiatan santri Pondok IBBAS di Kairo, Mesir. Foto: Dok. Istimewa
Foto terakhir juga diambil di apartemen Pondok IBBAS Kairo. Dalam foto itu terlihat sejumlah santri laki-laki didampingi oleh beberapa guru. Guru itu merupakan guru ngaji mereka.

Ada 4 Guru yang Mengajar di Pondok IBBAS Kairo

Mantan santri itu menjelaskan, Pondok IBBAS menerapkan sistem belajar selama lima hari, mulai dari hari Minggu hingga Kamis.
Sedangkan Jumat dan Sabtu merupakan hari libur. Selama libur, mereka diberikan kebebasan melakukan aktivitas, termasuk pengasuh mereka kembali memberikan ponsel agar santri bisa menghubungi orang tua.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, total ada empat guru yang mengajar mereka di Pondok IBBAS. Guru itu mendatangi langsung mereka ke apartemen.
"Ada empat guru, dua (guru) orang Mesir ngajar pelajaran ma'had dia ngajar masalah tentang bahasa terus syari ada juga gurunya ngajar tentang pelajaran negeri, bedanya ini pakai bahasa Arab," ucap dia.
"Dua lagi buat pelajaran negeri kayak Matematika, IPS tapi mereka pakai bahasa Arab," tambahnya.
Selain empat guru resmi, ia mengatakan juga ada sejumlah Syekh yang ikut memberikan pelajaran kepada para santri. Mereka juga mengajar di apartemen para santri itu.
"Terus, ada Syekh yang tiap malam bada Isya dua datang ngajar masalah tajwid. Ada Syekh lagi yang mengajar hafalan Al-Quran," tutur dia.
ADVERTISEMENT

Konflik di Pondok IBBAS

Pondok IBBAS Kairo merupakan bagian dari Pondok Pesantren IBBAS di Serang, Banten. IBBAS mengirimkan santrinya mulai dari tingkat SMP hingga SMA ke Mesir agar bisa melanjutkan kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan diduga ada penyalahgunaan visa para santri Pondok IBBAS Kairo. Sebab visa yang digunakan para santri itu bukanlah visa pelajar.
Berdasarkan keterangan salah seorang mantan santri, pimpinan IBBAS di Indonesia yang berlokasi di Serang itu adalah Wijaksana Santoso.
Wijaksana Santosa, Pimpinan pondok pesantren Ibnu Abbas, Serang, Banten, memberikan keterangan pers mengenai pemberitaan media online maupun para pelajar yang berada di rumah binaan Mesir, Cairo (Rubinsir). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Klarifikasi Pondok IBBAS

Wijaksana Santosa selaku pimpinan Pondok IBBAS memberikan klarifikasi terkait foto kegiatan para santri rumah binaan Mesir itu. Ia menilai wajar saja jika ada anak usia remaja karena santri yang mereka kirim merupakan anak SMP dan SMA.
ADVERTISEMENT
"Seluruh santri berusia di jenjang SMP dan SMA sehingga wajar saja kalau ada yang baru kelas 1 atau 2 SMP yang fisiknya memang kecil," kata Wijaksana dalam konferensi pers di Kantor Pengacara Hanasti dan Rekan, Tangerang Selatan, Sabtu (5/9).
Dalam foto di atas, nampak ada pria menggunakan pakaian gamis berpeci hitam. Wijaksana menyebut dia merupakan salah seorang Syekh di Al Azhar.
"Sebenarnya yang mengenakan peci putih atasnya merah dan pakaian gamis adalah seorang Syekh Al Azhar dan ini sudah diketahui oleh seluruh santri. Sebenarnya rihlah itu gratis namun diberikan kepada yang rajin belajar saja sebagai bentuk apresiasi," ucap Wijaksana.
Wijaksana Santosa, Pimpinan pondok pesantren Ibnu Abbas, Serang, Banten, memberikan keterangan pers mengenai pemberitaan media online maupun para pelajar yang berada di rumah binaan Mesir, Cairo (Rubinsir). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Wijaksana juga mengatakan memang tidak ada pakaian resmi para santri di rumah binaan Mesir. Kebijakan tersebut sudah berasal dari Mahad Al Azhar.
ADVERTISEMENT
"Di Mahad Al Azhar pelajar tidak diberikan seragam khusus sehingga IBBAS mengadopsi kebijakan tersebut sebagai bentuk takzim kami kepada institusi Al Azhar," kata dia.
Lebih lanjut, Wijaksana kembali menekankan sejak awal para santri yang diberangkatkan ke Mesir tidak untuk kuliah di Al Azhar. Ia juga menyebut proses pemberangkatan santri berasal rekomendasi dari KBRI bagian atase pendidikan ATDIK.
"Sejak awal IBBAS menyatakan ke Mesir untuk masuk Mahad bukan Universitas, kalau mau kuliah, maka harus menyelesaikan jenjang Mahad SMP dan SMA 3 tahun. Bisa lebih cepat dari waktu normal jika bisa lulus akselerasi/musabaqih yag diadakan setiap tahun," ucap Wijaksana.
"Bahwa semua yang dilakukan IBBAS adalah legal mulai dari berangkat dengan invitation letter dari Mesir dan mendapatkan rekomendasi untuk belajar di Mahad Dirosah Khoshoh Al Azhar dari KBRI bagian atase pendidikan dan semua terdaftar di Mahad AL Azhar dan memiliki kartu pelajar, tasdiq dan visa pelajar. Bila tidak legal, tentunya otoritas Mesir/Kairo akan mendeportasinya," tutup dia.
ADVERTISEMENT