news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PP Muhammadiyah Minta Sandi Ungkap 30 Masjid Terindikasi Radikalisme

7 Juni 2018 14:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maneger Nasution, Komisioner Komnas HAM (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Maneger Nasution, Komisioner Komnas HAM (Foto: Nadia Riso/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno membeberkan data yang jelas soal 30 Masjid di ibu kota yang diduga terpapar radikalisme. Sandi sebelumnya mengaku mendapat data tersebut dari Biro Pendidikan dan Mental Spiritual (Dikmental) dan Bazis, namun enggan memberi tahu lebih rinci terkait nama-nama masjid itu.
ADVERTISEMENT
"Maksud saya, misalnya Sandi Wakil Gubernur, beliau menyampaikan, kasih datanya, mana itu. Siapa khatibnya, siapa penceramahnya, apa yang dia sampaikan," kata Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Maneger Nasution di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/6)
Sandi di Masjid Hasyim Asyari (Foto: Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandi di Masjid Hasyim Asyari (Foto: Moh Fajri/kumparan)
Maneger berpandangan, mestinya, jika tak bisa melakukan pembinaan agama, Pemprov DKI seharusnya bisa berkoordinasi dengan pihak yang berkapasitas untuk melakukan pembinaan terhadap masjid-masjid tersebut.
"Mestinya kami tidak bisa membina paham keagamaan. Ya silakan. Undang Muhammadiyah, undang NU (Nahdlatul Ulama), undang yang lain. Kalau ada, apa yang bisa kami bantu. Tapi sampai sekarang datanya enggak ada," ungkap dia.
Maneger berharap, pernyataan Sandi tidak membuat gaduh lingkungan masyarakat. Dia juga meminta masyarakat tetap tenang menyikapi informasi ini.
ADVERTISEMENT
"Kita berharap tidak bikin gaduh, yang bikin gaduh ini siapa sekarang. Gaduh itu bukan dari kita loh, kita merespons aja. Khatib yang memiliki kualifikasi di luar ini di luar itu. Saya alhamdulillah tidak masuk yang terekomendasi," ucap dia.
Dalam kesempatan sebelumnya, Sandi menyebut, salah satu cara untuk mengatasi paham menyimpang tersebut, adalah dengan mengarahkan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti berwirausaha. Salah satunya, dengan memaksimalkan program OK OCE.